Jakarta (ANTARA) - Sejak kecil Ni Nengah Widiasih melakukan segala aktivitasnya di kursi roda karena kedua kakinya mengalami kelumpuhan.

Namun bukan berarti Widi, sapaan akrab Ni Nengah Widiasih, tak bisa melakukan apa-apa. Justru saat ini, dia adalah atlet para powerlifting andalan Indonesia di berbagai kompetisi internasional, termasuk di Paralimpiade Tokyo nanti.

Semangat dan kerja keras selama ini telah menjadikan Widi sebagai sosok yang tak bisa di pandang sebelah mata. Kekuatan kedua tangannya kerap kali membuat lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang.

Baca juga: Target lima medali di Paralimpiade Tokyo penuh perhitungan

Dalam gelaran multievent, Widi tercatat telah menorehkan sejumlah medali, termasuk di pesta olahraga terbesar di dunia untuk atlet disabilitas yakni Paralimpiade Rio de Janeiro 2016.

Ketika itu, Ni Nengah Widiasih tercatat sebagai wakil Indonesia satu-satunya yang menyumbang medali setelah meraih perunggu di nomor 41kg putri dengan menorehkan angkatan 95kg. Dia berada di belakang wakil Turki Nazmiye Muratli yang meraih emas dengan 104kg dan perak diraih Zhe Chui asal China dengan 102kg.

Rio adalah penampilan kedua Widi di pentas Paralimpiade. Debutnya terjadi saat bergulir di London, Inggris, 2012. Kala itu, Widi menempati posisi kelima dengan angkatan 78kg di kelas 40kg putri.

Untuk debut di London, ada cerita mengharukan dan mungkin bisa dikatakan sebagai titik balik karier Widi.

Baca juga: Menpora kukuhkan dan lepas kontingen Indonesia ke Paralimpiade Tokyo

Seperti yang diungkapkan NPC Indonesia dalam akun resmi Instagram, Widi kala itu ingin mengikuti Kejuaraan Dunia di Dubai sebagai persiapan menuju London. Namun dengan dana terbatas, Widi dan NPC Indonesia harus bekerja keras mencari sponsor.

Usaha tak sia-sia. Tiga pekan sebelum pendaftaran ditutup, Widi berhasil mendapatkan sponsor yang mau membiayai. Widi pun membuktikan diri dengan berhasil membawa pulang perunggu di Kejuaraan Dunia tersebut.

Sejak itu, ia mulai mendapat perhatian dari banyak kalangan. Hingga akhirnya dia mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya di cabang para powerlifting.

Setelah itu, pundi-pundi medali pun berhasil diraih. Misalnya di level ASEAN Para Games, Widi telah mengantongi dua medali emas. Masing-masing diraih pada 2015 di Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia pada 2017.

Baca juga: Ni Nengah Widiasih bertekad perbaiki capaian di Paralimpiade Tokyo
Baca juga: Meniru semangat "Start Your Impossisble" Widiasih dan Gideon


Pada ASEAN Games 2015, Widi menjadi yang terbaik di kelas 41kg putri dengan angkatan 96kg. Dia mengalahkan Nguyen Thi Hong asal Vietnam dan Marydol Pamatian dari Filipina yang masing-masing meraih perak dan perunggu.

Dua tahun kemudian, Widi kembali meraih emas di ASEAN Games Kuala Lumpur 2017. Namun kali ini di nomor 45kg putri dan mengalahkan wakil Vietnam Nguyen Thi Hong dan Withieera Jaitong dari Thailand.

Sedangkan di level Asian Para Games, Widi telah mengantongi dua perak masing-masing di Incheon, Korea Selatan 2014 dan ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018.

Untuk yang terakhir di Jakarta, Widi meraih perak usai mengangkat beban 97kg, berada di belakang Zhae Cui asal China yang meraih emas dengan 100kg. Sementara perunggu dirah atlet asal Suriah Noura Baddour dengan 91kg.

Sementara untuk single event, Widi juga sukses meraih sejumlah medali. Seperti di ajang European Championship 2018 di Prancis dan Piala Dunia Powerlifting di Hungaria pada 2019.

Saat tampil di Hungaria, Widi meraih emas di kelas 41kg dengan angkatan terbaik 91kg. Ia mengalahkan Yulia Vorontsova asal Rusia dam Monnika Szram dari Polandia.

Selain itu, ia juga pernah meraih perak di ajang Fazza World Para Powerlifting World Cup 2019 di Dubai dengan total angkatan 97kg. Kala itu, ia berada di belakang dari Nazmiye Muratli dari Turki yang meraih emas dengan 100kg. Perunggu diraih Justina Kozdyk dari Polandia dengan angkatan yang sama dengan Widi 97kg.

Kini, tujuan Widi adalah memperbaiki semua catatan tersebut sehingga bisa menyumbang medali di Paralimpiade Tokyo 2020.

Atlet asal Bali itu akan tampil berbekal hasil uji coba di sejumlah ajang. Misalnya, ketika turun di Kejuaraan Dunia Para Powerlifting di Bangkok, Thailand, Mei lalu.

Widiasih sukses meraih emas untuk nomor 41kg putri dengan mencatatan angkatan 96kg dalam percobaan angkatan ketiganya.

Kemudian sekitar satu bulan setelahnya, Widiasih turun dalam Kejuaraan Dunia Para Powerlifting di Dubai. Ia menempati posisi ketiga di nomor 49kg putri angkatan terbaik 97kg.

Dia berada di belakang Lingling Guo asal China yang meraih emas dengan angkatan 107kg dan perak diraih Jonah Ben asal Nigeria denan angkatan 104kg.

Dengan persiapan matang, Widiasih optimistis bisa meraih hasil lebih baik di Paralimpiade Tokyo nanti.

"Target saya bukan hanya medali, tetapi memperbaiki pencapaian dan performa di Paralimpiade Rio de Janeiro. Saya berharap bisa menampilkan yang terbaik meski saat ini harus bersaing di tengah pandemi COVID-19. Kepercayaan diri akan berperan penting dalam keberhasilan di Tokyo," katanya dalam laman paralympic.org.

Selamat berjuang Widi!

Biodata singkat

Nama: Ni Nengah Widiasih

Tempat, tanggal lahir: Karangasem ,Bali, 12 Desember 1992

Cabang olahraga: Para Powerlifting

Prestasi

Perunggu - ASEAN Para Games Thailand 2008

Perak - ASEAN Para Games Malaysia 2009

Emas - ASEAN Para Games 2011 Indonesia

Perak - Asia Open Championship 2012 Malaysia

Emas - ASEAN Para Games 2013 Myanmar

Perak - Asia Championships 2013 Malaysia

Perunggu - World Championship 2014 Dubai

Perak - Asian Para Games 2014 Korea Selatan

Perak - Asian Open Championship 2015 Kazakhstan

Emas - Asian Para Games 2015 Singapura

Emas - Asia Championship 2016 Malaysia

Perunggu - Paralimpiade 2016 Rio de Janeiro, Brazil

Emas - ASEAN Para Games 2017 Malaysia

Emas - European Championship 2018 Prancis

Perak - Asia Oceania 2018 Jepang

Perak - Asian Para Games 2018

Perak - World Cup Dubai 2019

Emas - World Cup Hungaria 2019

Emas - Powerlifting World Cup di Thailand 2021

Perunggu - WPPO World Cup di Dubai 2021

Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021