Jakarta (ANTARA) - Siapa sangka jika Kampung Keluarga Berencana (Kampung KB) Sait Buttu di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, yang berada di atas Danau Toba, berhasil membuat delegasi dunia takjub dengan kehidupan di kampung itu.

Hanya butuh waktu sehari saja, pada kunjungan yang bertajuk “Ambassador Goes to Kampung Keluarga Berkualitas (KB) Lake Toba” Kamis (16/3), Sait Buttu terus mendapatkan sanjungan dari para delegasi. Satu hal yang terus diapresiasi adalah mekanisme pemberdayaan warganya.

Ketika tiba di kampung yang diimpit oleh hamparan kebun teh di atas gunung itu, rombongan delegasi yang ditemani perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dibagi menjadi dua tim. Kegiatan pertama yang diperlihatkan adalah layanan kesehatan melalui Mobil Unit Pelayanan (Muyan) untuk mendekatkan pelayanan program KB pada masyarakat.

Muyan diperkenalkan sebagai cara ampuh untuk mendekatkan layanan pemasangan alat IUD, implan, metode operasi wanita (MOW) dan metode operasi pria (MOP) atau vasektomi pada warga, dan mencegah akseptor kehilangan kesempatan untuk ber-KB secara gratis. Delegasi dijelaskan jika Muyan juga memberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terkait pentingnya alat kontrasepsi.

Selanjutnya delegasi diajak berkenalan dengan program kerja Bina Keluarga Balita (BKB) di Posyandu Asri bersama bidan dan volunteer kesehatan, yang memeriksa kesehatan fisik, seperti mengecek kecukupan gizi anak, menimbang berat dan tinggi badan anak, hingga memberikan pelatihan motorik pada anak yang sesuai dengan buku KIA.

Setelah banyak berdialog dengan para bidan, rombongan bergerak melihat Bina Keluarga Remaja (BKR). Delegasi dipertemukan dengan Duta Generasi Berencana (GenRe) dan diajak berbincang sedikit terkait persoalan remaja di Indonesia, seperti seks bebas, narkoba, dan nikah dini, termasuk melihat pengelolaan data melalui Elsimil dan Rumah DataKu.

Kunjungan kemudian dilanjutkan dengan pergi ke Bina Keluarga Lansia (BKL). Para lansia desa sudah siap menyambut delegasi dengan tarian sebagai bentuk kegiatan senam mereka. Di sana, diperlihatkan layanan kesehatan bagi para lansia dan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat).

Sesuai dengan penjelasan Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Muhammad Rizal M. Damanik, Kampung KB adalah satuan wilayah di tingkat desa, yang terjadi keterpaduan dan konvergensi dalam pelaksanaan pemberdayaan dan penguatan kelembagaan keluarga dalam segala dimensinya guna meningkatkan kualitas sumber daya keluarga.

Berdasarkan data yang dihimpun BKKBN sampai saat ini, setidaknya telah terbentuk 21.290 Kampung KB di seluruh Indonesia. Sementara untuk di wilayah Sumatera Utara, ada 1.531 kampung.

Jadi pembangunan keluarga di Kampung KB tidak hanya difokuskan pada aspek kesehatan, melainkan juga pembangunan perekonomian keluarga, pendidikan dan pembangunan infrastruktur, sesuai dengan program pembangunan Pemerintah Indonesia yang komprehensif.

Kebun sayur milik Kampung KB Sait Buttu. (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Wujud pemberdayaan ekonomi itu, misalnya pembudidayaan ikan lele, merawat ayam, mendirikan perkebunan, dan menjual hasil kerajinan mandiri. ANTARA di lapangan melihat jenis tanaman yang ada di perkebunan adalah kangkung, sawi, bayam, bawang merah, cabai, jagung, pepaya, dan jeruk. Di samping perkebunan itu, penduduk juga menanam teh buttong dan kopi buttu.

Damanik mengatakan bahwa penyediaan pangan lokal itu dijadikan salah satu cara jitu untuk menjaga kecukupan nutrisi penduduk desa melalui kearifan lokal.

Hasil pangan lokal itu pun disajikan kepada para delegasi, seperti pisang kukus, kacang dan jagung rebus. Minuman tradisional berupa jamu juga dihidangkan dan diakui memanglah lezat. Lebih asyik ketika memakannya sambil menikmati tarian "Sinanggar Tullo" yang dibawakan oleh para remaja putri desa.


Kekaguman delegasi dunia

Bergerak ke arah gerbang utama masuk desa, Duta Besar Mozambik untuk Indonesia Berlmiro Jose Malate mengaku kaget ketika masuk ke dalam sebuah ruangan kecil di sudut desa dan melihat sampah yang dikumpulkan di bank sampah sudah tersusun rapi, sesuai jenisnya.

Dari botol plastik, tumpukan kardus sampai tempat bekas telur, semua sudah diikat dan dibersihkan. Berlmiro sampai mempelajari cara mengelolanya langsung kepada seorang anggota bank sampah Tiviriana Napitu.

Ia amat terkesan hal itu bisa diwujudkan karena ada 320 petugas bank sampah yang 80 persennya merupakan perempuan untuk menyortir semua sampah, melalui kunjungan ke tiap rumah warga yang dilakukan setiap satu kali sepekan.

Cerdasnya, tepat di samping bank sampah, warga langsung meletakkan semua barang buatannya yang bisa dijual di Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) yang digunakan untuk menunjang perekonomian warga setempat.

Perwakilan Kedutaan Belanda Sophie Van Huut ketika melihat hasil karya warga desa, sampai memegang tiap barang secara langsung. Tampak sekali, dia terkejut ketika mengetahui bahwa tiap kerajinan, seperti topi, tas rajut, hingga gantungan kunci yang dijual, dibuat secara manual. Sementara jam kayu dipahat langsung oleh para perajin.

Semua sampah boleh digunakan selama sampahnya bukan sampah busuk. Hasilnya juga sudah dijual di toko online dan kadang mereka juga turun untuk ikut dalam ajang-ajang tertentu.

Sesudah membeli beberapa karya warga desa, rombongan berjalan ke arah pos pelayanan KB untuk melihat langsung para dokter dan bidan memasangkan alat kontrasepsi berupa suntik dan implan kepada para ibu yang berfungsi untuk mengatur jarak kehamilannya agar lebih sehat.

Koordinator Bidan Puskesmas Pematang Sidamanik Maria F. Sihombing, yang menyambut delegasi menjelaskan Kampung KB Sait Buttu sudah memahami pentingnya mengatur jarak kehamilan dan merencanakan pembangunan keluarga yang sehat.

Keterlibatan para ibu untuk mencegah anak menderita stunting dan terhindar dari penyakit lain di Sait Buttu memang sangat tinggi. Banyak kaum ibu rutin melakukan pemasangan ulang.

Maria dengan bangga menyampaikan jika setiap ibu juga rajin mengontrol kehamilannya melalui ANC secara rutin, sambil menjalankan konseling gizi di poli gizi yang disediakan layanannya oleh puskesmas setempat.

“Stunting (sudah bisa kena) mulai dari kehamilan, itu sudah kami pantau, itu melalui lingkar lengan atas. Kami sudah wanti-wanti, misal dia di batas normal atau pas, kami langsung rujuk ke bagian gizi. Jadi dari dia hamil sudah diwanti-wanti,” katanya.

Sophie Van Huut bersama Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia Enilda Martin terlihat asyik mempelajari KB di Indonesia dengan Maria. Mereka bertanya apakah kebutuhan KB selalu disediakan, apakah jenis KB yang dipakai bisa dipilih sendiri oleh ibu sampai menanyakan apakah KB bisa diberikan gratis.

Kepada ANTARA Enila mengaku bahwa Kampung KB adalah program yang sangat unik dan sangat berkesan untuknya. Sangat berbeda dengan kebanyakan desa yang ada di negaranya. Sebab banyak kegiatan dan intervensi dari siklus hidup yang terpantau baik serta layanan KB yang sangat terorganisir dan fungsional. Layanan KB berbasis masyarakat, menjadi elemen unik di Kampung KB.

Perempuan dan anak muda bisa terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan untuk dirinya sendiri, serta juga bisa berperan penting dalam pembangunan di desa. Hal ini menunjukkan bahwa Kampung KB telah mengambil langkah-langkah untuk menjamin keberlanjutannya.

Menanggapi hal itu, Damanik menjelaskan bahwa demonstrasi pemakaian KB ditunjukkan sebagai pembuktian bahwa Indonesia layak menjadi pemenang dari United Nations Population Award 2022. Program KB diperkenalkan sebagai best practice negara dalam mempertahankan penduduk tumbuh seimbang dan sehat.
 

Wujudkan keluarga sejahtera

Pada mulanya, Kampung KB dijadikan semangat untuk mengurangi disparitas capaian program Bangga Kencana antardaerah. Namun setelah melihat potensi besar terhadap pembangunan manusia yang ada di desa, model Kampung KB kemudian dijadikan best practice bagi Bangga Kencana.

Dalam perjalananya, Kampung KB didirikan dengan pendekatan keluarga, sehingga Kampung KB akan terus didirikan di seluruh pelosok negeri.

Tujuan pengembangan Kampung KB adalah sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang menekankan pada penguatan kelembagaan keluarga dan masyarakat, melalui intervensi program dan kegiatan, dengan pendekatan siklus hidup manusia.

Programnya juga sejalan dengan salah satu agenda prioritas Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Emas Tahun 2045 yang bebas dari stunting, sehingga harus dipersiapkan sedini mungkin supaya keluarga menjadi lebih sehat dan berdaya saing.

Diharapkan lewat kunjungan itu bisa memberikan kesempatan yang luas pada rekan Internasional, untuk menyampaikan wawasan dan dukungan dalam pengimplementasian program Bangga Kencana di tiap daerah yang berbeda. Sekaligus mengeksplorasi potensi kerja sama dalam mengimplementasikan program Bangga Kencana di tiap tingkatan desa, juga memperkuat kerja sama antara BKKBN dengan misi diplomatik dan organisasi internasional.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023