Jakarta (ANTARA) - Setiap negara memiliki visi yang menjadi arah dan tujuan ke depan, terlebih setelah pandemi, banyak di antara negara-negara di dunia merumuskan kembali visinya dalam tata pemerintahan yang lebih baik.

Tak terkecuali bagi Indonesia, Pemerintah berkeinginan kuat agar Indonesia pada tahun 2045 menjadi negara maju dan masuk ke dalam peringkat 5 besar kekuatan ekonomi dunia.

Optimisme mencapai hal tersebut patut disebarluaskan. Apalagi, di tengah pandemi COVID-19 yang terjadi secara global, Indonesia masih mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya sebesar 5,31 persen pada Tahun 2022.

Pertumbuhan ekonomi itu dicapai di tengah masa pemulihan pandemi COVID-19 dan ancaman resesi global, termasuk di dalamnya disrupsi rantai pasok dan lonjakan inflasi akibat konflik geopolitik dan perubahan iklim. Fakta ini seluruhnya menjadi bukti resiliensi ekonomi Indonesia.

Saat ini, Indonesia adalah negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia, yakni sekitar 276 juta orang dan diperkirakan meningkat menjadi sekitar 318 juta orang pada Tahun 2045.

Penduduk dunia juga terus meningkat dari 8 miliar orang pada Tahun 2022 menjadi sekitar 9,5 miliar pada Tahun 2045.

Dengan populasi yang besar bangsa ini faktanya membutuhkan lebih banyak pengusaha untuk menggerakkan roda perekonomian. Jika tidak, maka jumlah penduduk di negeri ini hanya akan menjadi pasar bagi negara-negara lain di dunia.

Menurut data Badan Pusat Statistik (2022) jumlah pengusaha di Indonesia baru berkisar di angka 3,4 persen dari seluruh populasi penduduk atau sekitar 9,37 juta jiwa.

Jumlah ini nyatanya masih jauh dari angka ideal. Sebab, untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju, Presiden Joko Widodo menyebutkan setidaknya ada 14 persen dari total penduduk Indonesia yang menjalani profesi sebagai wirausaha.


Wirausaha baru

Penumbuhan wirausaha baru inilah yang nyatanya sangat dibutuhkan saat ini dan di masa depan, terutama dari kalangan anak muda.

Sebab, jika dibandingkan dengan negara lainnya dalam satu kawasan peringkat, negeri ini dalam hal jumlah pengusaha ternyata masih tergolong rendah.

Singkatnya bangsa ini masih mengalami defisit jumlah pengusaha di tengah lautan potensi dan pasar dalam negeri yang demikian besar.

Padahal, wirausaha atau entrepreneur memiliki peran penting pada pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Mereka adalah aktor kunci dan mesin. Dalam mengembangkan model bisnis baru yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah transaksi barang/jasa dan memutar roda perekonomian.

Semakin banyak jumlah pengusaha pada suatu negara, maka semakin tinggi juga pertumbuhan dan perkembangan ekonomi negara tersebut.

Namun, semua pihak tentu bertanya-tanya, mengapa lulusan sekolah dan universitas di negeri ini masih sedikit yang memilih jalur untuk menjadi pengusaha.

Padahal, sebagai negara yang sedang bertumbuh pesat seperti Indonesia ini, peluang dan lapangan usaha masih sangat terbuka lebar.

Kurangnya minat para lulusan perguruan tinggi atau universitas, yakni para kaum muda milenial dan generasi Z untuk memasuki dunia entrepreneur dilatarbelakangi oleh situasi lingkungan sosial yang memang belum sepenuhnya mendukung bagi anak-anak muda lulusan kampus untuk memilih jalur menjadi pengusaha. Ekosistem wirausaha belum sepenuhnya terbentuk dengan baik di negeri ini.

Kampus pada akhirnya memainkan peran yang penting dalam mewujudkan ekosistem wirausaha, khususnya dari sisi calon pengusaha baru.

Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan dan mendorong kampus sebagai lokasi belajar dalam mengenal dan berkiprah langsung dengan dunia usaha.

Semua pihak harus mulai terlibat mengembangkan lebih banyak kampus sebagai tempat inkubator bisnis baru dalam menghadapi era disrupsi teknologi digital.

Untuk mewujudkan hal tersebut, dukungan berbagai pihak kepada kampus untuk membangun inkubator bisnis baru dan bekerja sama dengan dunia usaha harus selalu ditingkatkan.

Di sisi lain penting untuk dikembangkan "Sains and Technology Park" (STP) di kampus sebagai wadah mengembangkan kreativitas mahasiswa dan menjadi sarana uji coba produk agar dapat berkompetisi di pasar. Hal ini juga akan membantu para calon pengusaha muda melalui pengembangan start-up sejak mahasiswa.


Solusi permasalahan

Persoalan klasik yang dihadapi oleh para sarjana yang akan memilih dunia usaha, seperti akses kepada permodalan, distribusi, dan pemasaran yang selama ini telah menjadi pengetahuan umum, harus segera diselesaikan.

Program Pemerintah, seperti skema kredit bunga murah, harus dirancang sedemikian rupa agar ramah bagi lulusan perguruan tinggi yang akan memulai bisnis.

Demikian juga akses kepada jalur distribusi produk dan perluasan pasar, sehingga pengembangan usaha calon wirausaha baru semakin optimal, karena hal ini sangat penting untuk dihadirkan sebagai bagian dari ekosistem bagi wirausaha muda atau pemula.

Kemudian dikembangkan upaya re-skilling dan upskilling kapasitas dan kompetensi generasi muda melalui program digital literasi dan penguasaan teknologi digital bagi anak muda.

Apabila hal ini dapat diciptakan secara sistematis, baik dari sisi regulasi, rencana aksi nasional dan daerah yang terukur, maka sangat mungkin ke depan akan lebih banyak lulusan universitas yang memilih menjadi pencipta lapangan kerja dengan menjadi pengusaha ketimbang memilih menjadi pekerja.

Melihat tantangan dan peluang ekonomi politik ke depan, semua menyadari bahwa kebijakan politik yang berpihak kepada kaum muda saat ini memang sangat dibutuhkan.

Pemerintah senantiasa berupaya merumuskan kebijakan yang berpihak kepada kaum muda. Sebab, disadari bahwa keberpihakan kepada kaum muda menandakan keberpihakan bangsa ini kepada masa depan.

Visi Indonesia Emas 2045 melalui langkah-langkah, mencakup transformasi ekonomi umat layaknya sebuah jihad; mewujudkan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan, melahirkan wirausahawan muda adalah kerja utama yang akan terus relevan di masa sekarang dan masa depan.

Semua meyakini bahwa tulang punggung dalam mewujudkan hal ini terletak pada generasi muda hari ini. Salah satu cara mewujudkan hal tersebut adalah menaikkan level peran kaum muda sebagai solusi bagi persoalan bangsa.


*) Muhamad Mardiono adalah Utusan Khusus Presiden (UKP) Bidang Kerja Sama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan.

 

Copyright © ANTARA 2023