Untuk tahun 2024 ini, potensi ekspor mangga dari Indonesia ke Jepang ini bisa sekitar 600 ton
Jakarta (ANTARA) - Badan Karantina Indonesia (Barantin) terus mengawal percepatan ekspor mangga varietas gedong gincu ke Jepang karena memiliki potensi pasar yang cukup tinggi mencapai Rp140 miliar per tahun.

“Saya dukung penuh percepatan ekspor mangga gedong gincu ini ke Jepang segera terealisasi. Potensi pasar mangga ke Jepang ini cukup besar,” kata Kepala Badan Karantina Indonesia Sahat M. Panggabean di sela Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Pembangunan Fasilitas Karantina Tumbuhan di Jakarta, Kamis.

Sahat menyampaikan bahwa di tahun 2024, Indonesia akan mengekspor mangga gedong gincu perdana ke Jepang, yang memiliki potensi pasar mangga sebesar 7.000 ton per tahun dengan nilai ekonomi bisa mencapai Rp140 miliar per tahunnya.

Saat ini, Sahat menyebutkan potensi ekspor mangga gedong gincu asal Sumedang sebanyak 2.500 ton per tahun. Bila harga rata-rata Rp 20 ribu per buah, diperkirakan bisa mencapai Rp45 sampai dengan Rp50 miliar. Harga dapat meningkat saat off season.

“Ekspor mangga ini bila terealisasi secepatnya, tentunya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian di daerah terus akan menggeliat. Apalagi bila ekspansi dengan varietas lain dan juga daerah lain, bisa semakin meluas dampaknya,” tambah Sahat.

Selain itu, Sahat mendorong pemerintah daerah, baik Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Sumedang serta daerah lainnya agar segera mempercepat registrasi kebun dan rumah kemas. Hal tersebut merupakan salah satu persyaratan teknis untuk ekspor.

Sementara itu, menurut CEO Reuna Co.Ltd Kiichi Hayashi, potensi ekspor mangga di Jepang saat ini terbuka lebar dimana pasar buah-buahan di Jepang masih sulit diperoleh.

Oleh karena itu, ia berharap bila dapat terpenuhi dari negara lain, termasuk Indonesia, masyarakat Jepang dapat menikmati buah-buahan segar di meja makannya setiap hari.

Lebih jauh Hayashi menyampaikan bahwa potensi pasar mangga berbagai varietas di Jepang rata-rata per tahunnya mencapai 7.000 ton. Saat ini, Jepang mengimpor mangga dari Meksiko sebanyak 3.500 ton per tahun.

“Untuk tahun 2024 ini, potensi ekspor mangga dari Indonesia ke Jepang ini bisa sekitar 600 ton. Harga mangga di Jepang untuk ukuran yang kecil bisa berkisar Rp30-40 ribu per buahnya, tergantung musimnya,” katanya.

Direktur Utama Institut Pembangunan Jawa Barat Universitas Padjadjaran (Injabar Unpad) Prof. Keri Lestari mengatakan saat ini pihaknya bersama Reuna menjalin kerja sama mempersiapkan pembangunan fasilitas Karantina Tumbuhan untuk perlakuan uap panas atau vapour heat treatment (VHT), salah persyaratan teknis yang diminta oleh Jepang.

“Semoga pembangunan fasilitas ini berjalan lancar dan segera dapat terealisasi ekspor mangga (gedong gincu) ini ke Jepang. Perkiraan kami, alatnya dapat digunakan pada Oktober-November nanti. Jadi mungkin bisa mulai ekspor perdana November nanti,” kata Keri.

Keri menjelaskan bahwa potensi produksi mangga gedong gincu di Jawa Barat, yang meliputi Sumedang, Majalengka, Indramayu, Cirebon, dan Kuningan dapat terus ditingkatkan.

“Peningkatan produksi dapat terus dilakukan, potensi saat ini baru 2.500 ton per tahun. Langkah yang dapat dilakukan seperti peremajaan pohon mangga yang dominan sudah tua,” ujar Keri.

Menanggapi akselerasi ekspor mangga gedong gincu, Pemerintah Kabupaten Sumedang telah menyiapkan lahan untuk pembangunan fasilitas VHT dengan memanfaatkan bangunan resi gudang. Luas area perkebunan mangga gedong gincu di Sumedang lebih dari 1.465 hektar.

“Kami sudah menyiapkan lahan resi gudang untuk fasilitasnya. Namun, bila tidak memadai kami menyiapkan alternatif lahan di belakangnya seluas 7.000 meter persegi,” ucap Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang Sajidin.

Sajidin mengatakan akses pasar ekspor mangga asal Indonesia ke Jepang terbuka setelah Ministry of Agriculture, Forestry, and Fisheries (MAFF) Jepang menyampaikan persetujuan kepada Badan Karantina Indonesia pada Februari lalu.

“Hambatan teknis yang terjadi selama 17 tahun akhirnya dapat teratasi. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menyatakan daerah Jawa Barat bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK), jenis lalat buah Bactrocera occipitalis,” kata Sajidin.

Baca juga: Barantin terus dorong percepatan ekspor durian ke China
Baca juga: Barantin sebut 3.323 sapi hidup asal Australia tiba di Indonesia
Baca juga: Barantin serukan isu perkarantinaan dalam gelaran MEPC Ke-18 di London


Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024