Seoul (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu, menerima sabuk tertinggi seni beladiri Taekwondo dari World Taekwondo Federation (WTF), bertempat di Universitas Kyung Hee, Seoul, Korea Selatan. Saat prosesi penganugerahan gelar dengan memasangkan dan mengikatkan sabuk hitam, Presiden Yudhoyono mengenakan Tobok (pakaian Taekwondo) yang dipakaikan oleh Presiden WTF, Jeong Won Choue. Dalam pidatonya, Presiden Yudhoyono mengatakan sangat menghargai gelar yang diberikan WTF dan mengharapkan melalui Taekwondo kerjasama masyarakat Indonesia dan Korsel bisa terus ditingkatkan. Menurutnya, Taekwondo sangat popular di Indonesia sejak 20 tahun lalu dan diharapkan dengan hubungan baik Indonesia dan Korsel, maka prestasi Taekwondo Indonesia semakin baik. Sementara itu, Presiden WTF Jeong mengharapkan Taekwondo dapat berperan dalam meningkatkan hubungan baik Indonesia dan Korsel, sehingga masa depan Taekwondo di Indonesia juga semakin cerah. Selesai berfoto bersama, Presiden yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono menyaksikan demontrasi Taekwondo dewasa. Kyung Hee merupakan kampus swasta tertua di Korea dan merupakan satu-satunya universitas di Korsel yang memiliki jurusan Taekwondo. Turut hadir dalam acara itu Menegpora Adhyaksa Dault, Dubes RI untuk Korsel, Jacob Tobing, Ketua Umum Taekwondo Indonesia Erwin Sudjono dan Ketua Umum KONI Rita Subowo. Taekwondo adalah olah raga beladiri Korea yang paling populer dan juga merupakan olah raga nasional Korea. Ini adalah seni bela diri yang paling banyak dimainkan di dunia dan juga dipertandingkan di Olimpiade. Dalam bahasa Korea, Tae berarti menendang atau menghancurkan dengan kaki, Kwon berarti tinju dan Do berarti 'jalan' atau seni, jadi Taekwondo dapat diterjemahkan dengan bebas sebagai seni tangan dan kaki atau jalan atau cara kaki dan kepalan. Popularitas Taekwondo telah menyebabkan seni ini berkembang dalam berbagai bentuk. Seperti banyak seni bela diri lainnya, Taekwondo adalah gabungan dari teknik perkelahian, bela diri, olahraga, olah tubuh, hiburan dan filsafat. Sabuk hitam yang diterima Presiden Yudhoyono juga memiliki nilai filosofi yang melambangkan akhir, kedalaman, kematangan dalam berlatih dan penguasaan diri kita dari takut dan kegelapan. (*)

Copyright © ANTARA 2007