Bogor (ANTARA News) - Tawaran sebagai PNS yang disediakan pemerintah bagi peraih medali Asian Games 2018 tidak begitu menarik bagi Hening Paradigma, yang lebih memilih mengembangkan usaha cireng miliknya. 

Hening saat ditemui di arena Paralayang, Gunung Mas, Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin, adalah satu dari lima atlet putra Indonesia yang sukses menyumbangkan emas Asian Games 2018 dari cabang olahraga paralayang nomor Ketepatan Mendari beregu putra. 

"Sudah jalan hampir dua tahun, bisnis bersama teman," kata Hening saat dijumpai di arena Paralayang, Gunung Mas, Puncak, Kabupaten Bogor, Senin. 

Memproduksi dan menjual cireng merupakan aktivitas sehari-hari di luar aktivitas keatletan yang ditekuni Hening yang akrab disapa Digma ini. 

Pria asal Semarang ini, pertama kali mengenal usaha cireng, saat mengikuti kejuaraan di Sumedang. Saat itu, pemilik kontrakan yang ditempatinya punya usaha cireng. 
 
"Aku melihat cireng ini produknya unik, padahal sesuatu yang unik itu permintaannya tinggi dan kita bisa membuat harganya mahal," kata lulusan Teknik Industri, Trisakti ini.

Usaha cireng milik Hening terus berkembang, pemasarannya kebanyakan di seputar Sumedang, dan Bandung. Rencananya akan coba pasarkan ke Bogor. Tetapi ekspansi ke Bogor masih terkendala jarak, sehingga memerlukan tahapan untuk merambah pasar Bogor. 

Sehari-hari cireng Margarasa diproduksi sebanyak 100 kg, dijual dalam ukuran bal ke grosir dengan berat tiga kilogram per bal. Dari grosir dijual lagi kepada reteler. Cireng yang diproduksi adalah Cireng kering, kalau dimakan kriuk-kriuk. 

Merk dagang cireng yang diproduksi Hening dan kawannya juga unik, Margarasa yang berlatar belakang dari nama desa tempat usaha cireng yang dikelolannya. 

"Nama desa tempat usaha saya itu Margacinta jadi biar namanya nggak susah banget, pakai nama lokal saja, karena ini cireng rasanya enak, jadinya Margarasa," kata pemuda lajang 32 tahun ini. 

Selama hampir dua tahun mengembangkan IKM cireng Margarasa, Hening sudah memperkerjakan 15 orang pekerja. Usaha yang dirintisnya bersama teman dengan investasi 20 juta dari hasil menang kejuaraan. 

 
PARALAYANG PUTRA INDONESIA Atlet paralayang putra Indonesia Hening Paradigma, selesai melakukan pendaratan pada babak keenam nomor ketepatan mendarat, Asian Games 2018 di cisarua, Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/8). ANTARA FOTO/INASGOC/Tagor Siagian/Ast/18. (INASGOC/TAGOR SIAGIAN)




"Investasi paling besar itu untuk mesin, kalau bahan baku tersedia banyak di Sumedang, banyak yang produksi Aci," kata pemegang rangking dunia kesembilan untuk ketepatan mendarat.

Ketertarikannya mengembangkan usaha cireng, selain karena hobi makan, latar belakang pendidikannya di bidang Tekni Industri membuat Hening tertarik memproduksi makanan lokal tersebut secara massal. 

Sebelum mengembangkan bisnis cireng, Hening yang terobsesi menjadi wirausaha ini sempat bergelut di Valuta Asing.

"Valuta asing ditinggal, sekarang lagi asik produksi cireng," kata putra dari Djoko Wibisono, Manager Veneu Paralayang untuk Asian Games 2018.
 
Menurut Hening, walau pendapatan dari atlet lebih besar dari pada usaha cireng. Tetapi ia tetap akan menekuni usaha tersebut, yang penghasilnya mencukupi ketika sedang tidak mengikuti kejuaraan. 

Hening juga berusaha mengembangkan usaha di bidang kuliner lainnya. Saat ini dirinya juga tengah merintis usaha brownies meleleh yang dijual secara kaki lima menggunakan gerobak.

Usaha ini sudah mulai jalan di dekat rumahnya di daerah Mulyaharya, Bogor Selatan, Kota Bogor. 

"Jadi brownies meleleh itu, fresh di oven begitu beli, dimasak dan langsung makan di tempat, makanya meleleh," kata Hening.

Hening belum tertarik untuk mengembangkan usaha kulinernya di level restoran atau cafe. Dan memilih dengan konsep jajanan kali lima. 

"Sebenarnya bukan karena modal, karena modal itu gampang. Saya belum punya ilmunya saja, saya belajar dari Mc Donald, yang menjual merek dagangnya dan membuka usaha lain, yang justru usaha itu tidak sebesar Mc Donaldnya," kata Hening.

Pewarta:
Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © ANTARA 2018