Kami hanya bermain di lapangan rumput, tetapi langganan juara di kejurnas, apalagi ada arena hoki lapangan berstandar internasional di Kaltim.
Jakarta, (ANTARA News) - Hoki, olahraga yang menggunakan stik berbentuk "J" untuk menggerakkan bola masih terdengar asing di telinga masyarakat Indonesia.

Olahraga permainan ini belum diminati oleh masyarakat Indonesia, padahal hHoki sudah dimainkan di Indonesia sejak 1920.

Meskipun demikian, hal itu tidak berbanding lurus dengan pencapaian Tim Nasional Hoki Lapangan Indonesia di ajang level internasional.

Tim Nasional Hoki Lapangan Indonesia bertanding di ajang level internasional berkat status tuan rumah.

Selama pertandingan hoki di Asian Games 2018, pemain hoki Indonesia hanya bisa memetik satu kemenangan dari lima laga yang sudah dimainkan.

Dari segi teknik dan kemampuan, pemain Indonesia kalah dari Malaysia, India, Jepang, maupun Korea Selatan.

Pemain Indonesia terlihat "ngos-ngosan" menghadapi tim-tim yang masuk 20 peringkat dunia, seperti India, Korea Selatan, Jepang, dan Malaysia.

Saat menghadapi tim-tim unggulan Indonesia selalu kalah dengan jumlah gol lebih dari lima. Bahkan, saat menghadapi India, gawang Indonesia dihujani dengan 17 gol.

Berdasarkan pengamatan, tim Indonesia seakan hanya menjadi pelengkap di turnamen itu. Kerap kali Indonesia hanya bisa menumpuk permainan di lini pertahanan agar tidak menjadi lumbung gol tim lawan.

Hasil timnas hoki Indonesia di turnamen Asian Games 2018 tidak sesuai harapan karena Indonesia melawan tim-tim kuat yang peringkatnya jauh di atas tuan rumah.

Pelatih Timnas Hoki Putra Indonesia Ahriandi Gusmana mengakui bahwa tim Indonesia minim bertanding di ajang internasional sehingga mental maupun teknik pemain belum teruji saat menghadapi tim-tim tangguh.

Saat menghadapi tim sekelas India maupun Malaysia, pemain Indonesia terlihat grogi, padahal mereka bertanding di rumah sendiri.

Pengalaman tanding internasional, untuk membentuk mental dan meningkatkan kemampuan.

Ahriandi mengungkapkan Asian Games merupakan kesempatan paling berharga untuk mempelajari skema permainan, teknik, dan mental tim-tim tangguh Asia.

Tim Indonesia memang tidak menetapkan target tinggi untuk cabang olahraga hoki. Indonesia hanya menargetkan berada di peringkat kesepuluh untuk tim nasional putra dan ketujuh untuk tim nasional putri. Kedua target tersebut berhasil direalisasikan di cabang olahraga hoki Asian Games 2018.

 
Pemain Jepang melakukan selebrasi setelah mengalahkan Malaysia dengan adu penalti dalam pertandingan final Hoki putra Asian Games 2018 di Lapangan Hoki, Komplek Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (1/9/2018). (ANTARA FOTO/ INASGOC/Dadang Tri)


Ahriandi mengatakan India, Jepang, Korea Selatan mempunyai kecepatan dan kekuatan yang merata di semua lini.

"Banyak sekali pelajaran yang diambil terutama hoki modern saat ini, seperti dari tim India, Pakistan, Korea Jepang, itu kita banyak belajar. Di sini kita melihat bahwa permainan hoki lapangan membutuhkan dan mengandalkan kecepatan dan kekuatan," kata dia.

Sementara itu, Sekjen Pengurus Pusat Federasi Hoki Indonesia (PP FHI) Yasser Arafat Suaidy mengatakan Asian Games diikuti tim-tim berkelas dunia sehingga kesempatan ini sangat berharga bagi Indonesia untuk menimba ilmu.

"Tim hoki putra kita terakhir ikut kejuaraan internasional pada 2001. Kemudian tim kita ikut di SEA Games 2017 karena kita tuan rumah. Jadi ada kevakuman selama 16 tahun untuk hoki putra," kata dia.

Karena itu, untuk persiapan Asian Games, timnas hoki lapangan menjalani pemusatan latihan di Malaysia selama enam bulan dan "training camp" di Mongolia China selama seminggu.



Tumbuhkan Potensi

Pembinaan menjadi kebutuhan penting untuk menumbuhan potensi olahraga stik ini di Indonesia.

Pelatih Timnas Hoki Putri Indonesia Yanuar Pribadi mengatakan kemampuan dasar mengoper dan menerima bola harus sudah diajarkan di bangku Sekolah Dasar.

Pembinaan di usia dini terkait dengan teknik-teknik dasar itu harus diasah agar timnas hoki Indonesia dapat diperhitungkan dalam 10 tahun ke depan.

Selain pembinaan di usia dini, dibutuhkan liga atau kompetisi berjenjang agar menjadi wadah pemain muda dalam mengasah teknik, kemampuan, serta mental bertanding.

Kemudian, liga profesional hoki harus dibentuk, seperti di Malaysia maupun India, untuk memfasilitasi pemain agar selalu mengasah teknik dan pemahaman strategi serta situasi dalam permainan.

"Pemain timnas hoki Indonesia tidak pernah berkompetisi di liga profesional, seperti di India dan Malaysia," ujar Yanuar.

Padahal, liga profesional memudahkan pelatih untuk menentukan komposisi tepat tim nasional Indonesia.

Ia juga mengharapkan Federasi Hoki Indonesia segera diakui oleh Federasi Hoki Internasional untuk memudahkan tim nasional Indonesia mengikuti kejuaraan internasional.

"Status keanggotaan Federasi Hoki Internasional dibutuhkan agar dapat berpartisipasi di ajang internasional," ujar dia.

Selain itu, ia mengatakan perkembangan olahraga hoki lapangan terbentur oleh jumlah lapangan yang masih sedikit.

Lapangan hoki berstandar internasional yang berbahan karpet rumput sintesis hanya ada di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

"Di Jakarta dan Bandung ada dua, sementara Surabaya hanya satu. Kita lebih gampang menemukan lapangan hoki indoor. Padahal hoki lapangan selalu dilombakan di olimpiade, sedangkan hoki indoor tidak dipertandingkan di pesta olahraga terbesar di dunia itu," ujar dia.

Sekjen Pengurus Pusat Federasi Hoki Indonesia (PP FHI), Yasser Arafat Suaidy mengatakan arena hoki lapangan tidak bisa digunakan secara bebas.

Masyarakat yang ingin menggunakan arena hoki lapangan di Kompleks Gelora Bung Karno harus menyewa dengan harga yang cukup tinggi. Begitupun arena yang ada di Surabaya.

"Jadi kami akan coba menggaet sponsor untuk mendukung klub-klub hoki di Indonesia. Dengan dukungan sponsor itu, ada dana yang bisa digunakan klub hoki untuk menyewa arena lapangan itu," kata dia.

Opsi kedua, lanjut dia, Federasi Hoki Indonesia akan bekerja sama dengan pemerintah untuk menurunkan biaya sewa arena hoki lapangan itu dengan memberi subsidi biaya sewa.

Apabila harga sewa menjadi terjangkau, klub hoki bisa menggunakan rutin arena itu untuk pembinaan usia dini.


 
Atlet Indonesia, Kristianto Lexy (kanan) terluka saat melawan Thailand dalam pertandingan perebutan peringkat 9-10 Hoki putra Asian Games 2018 di Lapangan Hoki, Komplek Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (30/8/2018). (ANTARA FOTO/ INASGOC/Dadang Tri)



Pelatih Junior Tim Hoki Kalimantan Timur Rahman mengatakan keterbatasan arena hoki lapangan menjadi persoalan yang utama untuk meningkatkan teknik dasar strategi bermain serta bagaimana menggiring, mengoper, maupun memukul bola. 

"Kami di Kalimantan Timur tidak punya arena hoki lapangan berstandar internasional yang menggunakan karpet rumput sintesis. Kami bermain di lapangan rumput. Teknik dasar seperti menggiring, mengoper, dan memukul bola tentu berbeda dengan yang biasa main di arena hoki berstandar internasional," ujar dia.

Meskipun demikian, tim Kalimantan Timur menjadi kampiun pada kejurnas tahun lalu.

"Kekurangan lapangan tidak menjadi kendala bagi Kaltim untuk mengembangkan olahraga hoki ini dan meregenerasi atlet hoki," kata dia.

Namun, perkembangan olahraga hoki lapangan di Kalimantan Timur akan makin meningkat apabila didukung dengan sarana dan fasilitas yang memadai.

"Kami hanya bermain di lapangan rumput, tetapi langganan juara di kejurnas, apalagi ada arena hoki lapangan berstandar internasional di Kaltim. Tentu prestasi tim kaltim akan meningkat lebih signifikan," ujar dia.

Karena itu peran pemerintah dan swasta sangat dibutuhkan untuk menyediakan arena hoki lapangan berstandar internasional yang memadai di seluruh Indonesia.*


Baca juga: Jepang berhasil kawinkan medali emas cabang hoki Asian Games

Baca juga: Tim hoki India raih perunggu setelah kalahkan Pakistan 2-1


 

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018