Tim "dadakan" Indonesia ini berhasil mencatatkan waktu 50.09 menit. Mereka sukses mengungguli tim Thailand yang menduduki posisi ketiga dengan perolehan waktu 51.87. Adapun posisi pertama diraih tim Jepang dengan capaian waktu 49.04 menit.
Penyebutan "dadakan" untuk tim estafet Indonesia bukanlah tanpa alasan, sebab ke empat atlet yang bertanding yaitu Aulia Putri, Tiarani Karisma Evi, Purnomo Sapto Yogo dan Aripin Jaenal baru terbentuk dua jam sebelum pertandingan dimulai.
"Tadi baru berkumpul itu jam 17.30 WIB, terus langsung latihan," ujar Yogo.
Saptoyogo menuturkan tim estafet para atletik Indonesia sebenarnya telah terbentuk dengan formasi dirinya, Aulia Putri, Aripin Jaenal dan Nanda Mei Sholihah. Tim ini telah berlatih secara intensif di Pelatnas.
Namun jelang Asian Para Games 2018 digelar, kata Yogo, Nanda mengalami cedera dan membuat dia tidak dapat bertanding pada pesta olahraga disabilitas terbesar kedua di dunia tersebut.
"Nanda diganti sama Evi," ucap Yogo.
Meski dibentuk secara instan dan tanpa persiapan yang cukup, nyatanya tim estafet kebanggaan Tanah Air itu mampu mendulang prestasi. Menurut Prayogo hal itu dikarenakan masing-masing atlet telah mampu menjalin chemistry dengan baik.
Beberapa kendala yang terjadi saat pertandingan tidak memberi dampak yang signifikan terhadap kekompakan para atlet Merah Putih tersebut.
"Ini pertama kali, sulitnya karena baru dibentuk tapi Alhamdulillah langsung kompak," ungkap Yogo.
Evi sendiri yang baru pertama kali tampil pada nomor estafet mengaku tidak menyangka dia dan rekan-rekan satu timnya mampu memperoleh medali perunggu. Menurutnya semangat bertanding yang kuat dari masing--masing atlet menjadi salah satu kunci keberhasilan.
Cabang olahraga para-atletik nomor lari estafet 4x100 campuran diikuti oleh tim yang terdiri dari empat atlet dengan klasifikasi yang berbeda-beda. Pada tim Indonesia, Aulia Putri sebagai pelari pertama merupakan atlet dengan klasifikasi T13 (gangguan penglihatan), sementara pelari kedua yaitu Tiara Karisma Evi masuk dalam klasifikasi T42-44 (gangguan pada kaki).
Purnomo Saptoyogo Yogo yang didapuk sebagai pelari ketiga masuk dalam klasifikasi T37(tuna daksa). Sedangkan Aripin Jaenal selaku pelari terakhir merupakan atlet dengan klasifikasi T54 (menggunakan kursi roda karena alami gangguan pada kaki).
Cabang olahraga para-atletik secara total telah menyumbangkan 6 medali emas, 13 medali perak dan 9 medali perunggu.
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2018