Jakarta (ANTARA) - Persatuan Angkat Berat, Binaraga, dan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABBSI) bekerja sama dengan Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) menggelar sosialisasi seputar doping kepada atlet pemusatan latihan nasional (pelatnas) cabang angkat besi agar ke depan tidak lagi tersandung kasus tersebut.

"Semoga dengan sosialisasi ini kasus doping yang dialami atlet Acchedya Jaggadhita menjadi yang terakhir," kata pelatih pelatnas PABBSI Dirja Wihardja usai sosialisasi doping di Mess Kwini, Jakarta, Jumat.

Tidak hanya tahu soal macam-macam kandungan obat maupun suplemen yang harus dihindari, kata dia, dengan mengikuti sosialiasi ini para atlet pelatnas angkat besi juga bisa lebih mengerti mekanisme tes doping di berbagai tingkatan kompetisi.

"Di pelatnas angkat besi sendiri sebenarnya sudah mengatur ketat soal makanan, obat, dan suplemen untuk atlet," kata pria yang telah berkarir sebagai pelatih angkat besi nasional sekitar 15 tahun itu.

Dirja mengaku kecolongan atas kasus doping yang menimpa Acchedya Jaggadhita.

"Meski begitu, kami tetap bersyukur kasus doping tersebut mencuat bukan ketika kompetisi, seperti SEA Games 2019 berlangsung sehingga sisa waktu yang panjang ini kami bisa lebih ketat dalam pengawasan doping ini," kata Dirja.

Sementara itu, Ketua LADI Zaini Khadafi Saragih mengatakan sosialisasi seperti yang dilakukan kepada atlet-atlet pelatnas angkat besi ini juga rutin dilakukan kepada cabang-cabang olahraga lainnya, termasuk ke daerah-daerah di 34 provinsi se-Indonesia.

"Momentum menjelang SEA Games 2019 ini membuat kami lebih memfokuskan sosialisasi doping kepada para atlet cabang-cabang olahraga yang diikutsertakan dalam ajang olahraga tersebut," kata dia.

Akan tetapi, lanjut Zaini, sosialisasi seperti ini tidak berguna jika ternyata atlet tidak disiplin dalam mengkonsumsi makanan, obat, maupun suplemen ketika berada di luar pelatnas.

Selain itu, Zaini mengingatkan permasalahan doping tidak hanya berkutat pada persoalan hasil dari tes urine saja. "Para atlet harus paham soal aturan dan mekanisme tes doping di tiap-tiap tingkatan kompetisi," kata dia.

Dia menegaskan setiap atlet jangan meremehkan soal mekanisme tes doping ini. "Dengan absen atau tidak memenuhi undangan untuk tes doping saja hingga tiga kali, atlet sudah bisa dinyatakan positif doping," kata Zaini.

Merespons adanya sosialisasi ini, atlet pelatnas angkat berat Muhammad Yasin mengatakan sosialisasi soal doping ini sangat berarti bagi para atlet.

"Sebelumnya kami pernah diberi edukasi soal kandungan dan jenis obat serta suplemen apa saja yang wajib kami hindari, nah dari sosialisasi ini kami jadi lebih paham soal mekanisme dan aturan soal doping," kata atlet asal Blora, Jawa Tengah, itu.

Yasin berharap para atlet pelatnas angkat berat ini tidak mengalami masalah doping seperti rekan timnya, Acchedya Jaggadhita.

Sebelumnya, lifter putri kelas 59 kg Acchedya Jaggadhita dinyatakan gagal tes doping oleh International Weightlifting Federation (IWF) saat mengikuti EGAT’s Cup International Championships di Chiang Mai, Thailand, pada Februari lalu. Dengan kasus tersebut membuat Acchedya tercoret dari pelatnas.

Pewarta: Aditya Pradana Putra
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019