Nakhon Ratchasima (ANTARA News) - Cabang pencak silat mengawali perjuangan untuk mengembalikan dominasi di Asia Tenggara dengan langkah menggembirakan ketika Tuti Winarni yang bertanding di nomor tunggal putri, meraih emas SEA Games 2007 yang berlangsung di Sungnoen Municipality Hall, Nakhon Ratchasima, Minggu. Nomor tunggal putri merupakan satu-satunya nomor final yang dipertandingkan di cabang silat yang secara keseluruhan mempertandingkan 14 nomor itu. Tuti, pesilat asal DKI Jakarta yang di SEA Games 2005 Manila lalu harus puas dengan medali perak, tidak mau lagi kecolongan untuk kedua kalinya dan meraih nilai tertinggi, 469. Medali perak diraih pesilat Brunei Norleyermay Haji Raya (458), disusul pesilat tuan rumah Thailand Aangkana Aunkasiwet (450). Suly Mohd Sulaiman, sang juara bertahan, yang mengalahkan Tuti di Manila, terpuruk di urutan kelima dari total tujuh peserta dengan nilai 443. Selain nomor beregu putri, pertandingan pencak final baru akan berlangsung pada 13 Desember mendatang, dua hari menjelang upacara penutupan. Indonesia akan menurunkan kekuatan penuh dengan mengikuti seluruh nomor yang dipertandingkan, yaitu kelas A sampai H untuk kategori tanding, serta kelas A sampai E di bagian putri. Wakil Indonesia di kelompok tanding putra adalah Diyan Kristianto, Mochammad Andi Supiantoro, Suhud Indratno, Pujo Janoko, Rahmat Fitroh Ramdhani, Mulyono, Rony Syaifullah dan Pranoto. Sementara kelompok putri diwakili oleh Pengki Simbar, Rosmayani, Febriyani Nurkhasanah, Ni Nyoman Suparniti dan Puspa Endah Fitriani. Nomor tunggal putri yang diikuti Tuti Winarni merupakan satu-satunya nomor seni yang dipertandingkan, sementara nomor lainya dihapuskan oleh tuan rumah. Keputusan tuan rumah tersebut dipastikan ikut mempengaruhi perolehan medali kontingen Indonesia karena nomor yang dihapuskan, yaitu tunggal putra, ganda putra dan ganda putri merupakan nomor andalan. Pertandingan dilangsungkan di Sungnoen Municipality Hall yang berlokasi sekitar 40km dari perkampungan atlet di Nakhon Ratchasima, 300km di timur laut ibukota Bangkok.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007