Selama lebih dari dua pekan penyelenggaraan yang menampilkan pertandingan dan perlombaan kelas dunia, Asian Games ke-19 itu ingin menyampaikan pesan bahwa olahraga memiliki kekuatan untuk menyatukan dunia.
Walaupun olahraga adalah soal kompetisi, Asian Games selalu memiliki cara membuktikan bahwa olahraga dapat meredakan konflik, ketegangan lewat nilai-nilai persatuan, saling menghargai dan kerja sama.
Pada 2002 misalnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Korea Utara dan Korea Selatan memiliki delegasi yang berbaris bersama di bawah bendera Korea bersatu pada upacara pembukaan di Asian Games Busan.
Kemudian di Jakarta-Palembang pada 2018, kedua negara itu kembali menjalani defile di bawah bendera yang sama pada upacara pembukaan dan memiliki tim bersama di cabang bola basket putri, kano dan dayung.
Meskipun saat ini hubungan kedua Korea itu dalam kondisi yang berbeda dari Asian Games 2018, Hangzhou menunjukkan bagaimana persahabatan dan rasa saling menghormati menggema di arena.
Seperti ketika di arena angkat besi Xiaoshan Sport Centre Gymnasium di mana para penonton yang didominasi warga setempat memberikan dukungan kepada lifter Indonesia Nurul Akmal yang berupaya mengangkat beban pada final kelas 87kg putri.
Meski lifter China Li Wenwen tak turun di kelas tersebut, para penonton memberi semangat para atlet berbagai negara dengan meneriakkan "jia you" ketika mereka berupaya mengangkat beban dan bertepuk tangan apabila mereka berhasil mengeksekusi angkatan.
"Atmosfer di sini berbeda, di sini suportif sekali, bukan tuan rumahnya saja yang disemangati tapi semua atlet dari berbagai negara disemangati, seru sih," kata Nurul yang pada Tokyo 2020 finis di peringkat kelima itu.
Atlet renang China Zhang Yufei dan rivalnya Rikako saling berpelukan setelah sang atlet Jepang melakukan "comeback" setelah didiagnosis terkena leukimia pada 2019 dan merebut medali perunggu gaya kupu-kupu 50m putri.
"Saya bilang ke Rikako, jangan menangis, jangan menangis,' Ketika mereka mengumumkan namanya di podium, saya hampir menangis. Tapi saya mengatakan kepada diri saya, ini siaran langsung, saya tidak boleh menangis," kata Zhang.
"Tapi kemudian saya melihat dia memeluk pelatihnya sambil menangis. Saya pun tak bisa menahan tangis ini."
Baca juga: Asian Games 2022 di Hangzhou resmi ditutup
Pelaksana tugas presiden Komite Olimpiade Asia Raja Randhir Singh pada upacara penutupan menyampaikan perpisahan kepada para atlet, ofisial, awak media dan mereka yang terlibat dalam penyelenggaraan Asian Games ke-19.
"Terima kasih kepada para atlet yang telah mengisi hari dengan penampilan yang menakjubkan dan determinasi.
"Kepada relawan yang luar biasa dengan energi dan senyuman yang tak ada habisnya.
"Kemudian kepada para penonton, kalian telah menciptakan atmosfer yang magis di stadion.
"Juga kepada 12.000 awak media yang telah menyebarkan kisah-kisah sukses ke seluruh dunia," kata Singh.
China keluar sebagai juara umum dengan perolehan spektakuler 201 medali emas, 111 perak dan 71 perunggu.
Perolehan medali itu bahkan mengerdilkan prestasi Jepang yang berada di peringkat dua tabel perolehan medali dengan 52 emas, 67 perak dan 69 perunggu.
Sementara Indonesia menyudahi kiprahnya di Hangzhou dengan torehan 7 emas, 11 perak dan 18 perunggu menempati peringkat ke-13 di atas Malaysia.
Di level Asia Tenggara, Thailand masih menjadi yang terbaik dengan 12 emas, 14 perak dan 32 perunggu.
Baca juga: KOI: Asian Games 2022 jadi evaluasi menuju Olimpiade Paris
"Kekuatan olahraga dan kekuatan Asian Games adalah menyatukan kita semua dalam hidup ini," kata Singh melanjutkan.
"Saya ingin berterima kasih kepada Pemerintah China, Komite Olimpiade China, masyarakat Hangzhou dan HAGOC atas apa yang Anda lakukan dan telah memastikan Asian Games sukses besar.
"Api Asian Games akan segera padam tapi semangat Asian Games akan terus menyala."
Asian Games resmi ditutup ketika pembawa obor digital memadamkan kaldron di Hangzhou Olympic Stadium.
Setelah sempat tertunda satu tahun karena pandemi, Asian Games akan kembali ke siklus empat tahunan dengan edisi berikutnya bertempat di Nagoya, Jepang pada 2026.
Panitia penyelenggara Asian Games ke-19 dan OCA telah menyerahkan secara simbolis obor pertama dan bendera Asian Games ke Gubernur Prefektur Aichi Hideaki Omura dan Wakil Walikota Nagoya Hideo Nakata pada upacara penutupan malam itu.
Baca juga: Menpora minta maaf target medali di Asian Games 2022 tidak tercapai
Pewarta: A059
Editor: Irwan Suhirwandi
COPYRIGHT © ANTARA 2023