Jakarta,  (ANTARA News) - Usia tidak menghalangi seseorang untuk membela kehormatan bangsa di dunia olahraga, termasuk di Asian Games 2018, pesta olahraga terbesar kedua sejagat setelah Olimpiade.

Adalah Michael Bambang Hartono, atlet dari cabang bridge yang pada usia 78 tahun, masih bersemangat untuk ikut menyumbangkan tenaga demi Merah Putih dan merupakan atlet paling senior dalam kontingen Indonesia.

Pria kelahiran 2 Oktober 1941 itu yang tidak lain adalah adalah pengusaha dari perusahaan rokok PT Djarum itu baru saja menuntas perjalanan melelahkan selama hampir dua bulan keliling Eropa dan Amerika Serikat untuk mengikuti serangkau uji coba.

Dalam usianya yang hampir memasuki kepala delapan, Bambang masih terlihat gesit meski secara fisik sudah terlihat banyak kerutan di wajahnya.

"Saya bermain bridge agar tidak cepat pikun, hobi saya yang lain adalah senam taichi yang banyak membatu agar tetap fokus," kata Bambang di kantor PB Djarum di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu.

Berbeda dengan pengusaha yang lebih suka bermain golf, Bambang mengakui lebih tertarik bermain bridge karena olahraga itu memberikan lebih banyak tantangan.

"Di olahraga bridge, ada bidding, yaitu mengumpulkan data untuk dianalisa, disimpulkan dan kemudian diputuskan strategi apa yang akan diambil saat bertanding," kata Bambang sambil menambahkan bahwa pengusaha AS Bill Gate dan pemimpin China Deng Xiao Ping juga penggemar bridge.

Selain atlet dan sudah jatuh cinta pada bridge sejak usia enam tahun, Bambang yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (PB GABSI) mengakui bahwa adalah bukan hal mudah untuk memperjuangkan agar bridge dipertandingkan di pentas Asian Games 2018.

Dibutuhkan usaha keras untuk menyakinkan petinggi Komite Olimpiade Asia (OCA) asal Kuwait, Ahmad Al-Fahad Al-Sabah bahwa bridge adalah jenis olahraga yang sudah mendunia sehingga pantas untuk dipertandingkan.

"Tadinya OCA sempat menolak bridge dipertandingkan karena dianggap berbau judi. Mereka baru bisa menerima setelah dijelaskan bahwa pemain kelas dunia justru berasal dari negara Islam seperti Pakistan, Mesir dan Bangladesh," katanya.

Setelah perjuangan PB GABSI untuk mementaskan bridge di Asian Games 2018, mimpi Bambang berikutnya adalah mengantar Indonesia meraih medali emas di hadapan pendukung sendiri.

Sebagai pengusaha dari perusahaan raksasa, bonus sebesar Rp1,5 miliar bagi peraih emas seperti yang dijanjikan Pemerintah, tentu bukan menjadi motivasi utama Bambang, yang mengawali karir sebagai atlet bridge sejak 1951.

"Kalau nanti saya berhasil meraih medali emas, bonus dari Pemerintah akan saya sumbangkan kepada organisasi untuk pembinaan," katanya.

Dalam rentang waktu puluhan tahun sebagai pemain bridge, Bambang mengakui bahwa pengalaman yang paling berkesan adalah saat melakukan perjalanan maraton untuk menjalani uji coba selama hampir dua bulan berkeliling Eropa dan Amerika Serikat beberapa waktu lalu.

Melihat persiapan panjang tersebut, Bambang yang turun di nomor super mixed team bersama atlet senior lainnya Bert Toar Polii, menyatakan optimistis bahwa cabang bridge akan berhasil menemuhi target menyumbang dua medali emas.

Di Asian Games 2018, cabang olahraga bridge akan digelar di JI-Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat 21 Agustus-2 September 2018.

(T.A032

Baca juga: Tim nasional bridge Indonesia juara umum di AS
 

Pewarta:
Editor: Atman Ahdiat
COPYRIGHT © ANTARA 2018