Pertandingan yang digelar pada Selasa (14/8) di Hall Basket Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, mulai pukul 18.30 WIB itu cukup berat bagi Indonesia. Pasalnya, timnas putra Korsel merupakan peraih medali emas di Asian Games 2014 dan peraih peringkat ketiga Piala Asia FIBA 2017.
Pengalaman mereka pun tidak bisa ditutupi. Timnas bola basket putra Korea Selatan sudah mengikuti enam kali Olimpiade dan tujuh kali Piala Dunia bola basket FIBA.
Terakhir kali Korsel bermain di Piala Dunia yaitu di Piala Dunia 2014 di Spanyol, di mana mereka tidak pernah menang dari lima pertandingan.
Sementara di peringkat Federasi Bola Basket Internasional (FIBA), sampai pertengahan Agustus 2018 Korea Selatan masih menduduki tim terbaik kelima di Asia dan terbaik ke-33 di dunia.
Hal ini tentu sangat jomplang bila dibandingkan dengan Indonesia. Di peringkat FIBA, Indonesia adalah tim dengan posisi ke-21 kawasan Asia dan di dunia, hanya menduduki peringkat ke-103.
Berbeda dengan Korsel, timnas bola basket putra Indonesia belum pernah mengikuti Olimpiade, apalagi Piala Dunia. Belum pernah pula menjadi juara di Asian Games. Peringkat tertinggi cuma posisi kelima pada Asian Games 1954 dan 1962.
Namun, jangan kira dengan fakta-fakta tersebut, Indonesia sama sekali tidak memiliki peluang menang atas Korsel.
Adalah pertemuan kedua negara turnamen di Piala William Jones ke-40 pada Sabtu, 14 Juli 2018, di Chinese Taipei, yang memperlihatkan bahwa Indonesia berpotensi menumbangkan Korea Selatan.
Dalam pertandingan tersebut, Indonesia bisa menahan imbang Korsel 79-79 hingga kuarter empat berakhir yang membuat laga harus dilanjutkan ke babak tambahan ("overtime"). Di sinilah Indonesia akhirnya takluk 92-86.
Sebagai informasi, di Piala William Jones ke-40, Korsel menurunkan para pemain yang dipastikan tampil di Asian Games 2018 seperti forward Junghyun, guard Kim Sunhyung, "power forward" naturalisasi Ricardo Ratliffe serta dua anak kandung pelatih timnas bola basket putra Korsel Hur Jae, Hoon Heo dan Heo Ung.
Baca juga: Tim bola basket putra Indonesia akan akhiri puasa panjang di Asian Games
Indonesia sendiri saat itu menurunkan seorang pemain asing yakni Kore White. Akan tetapi, penyumbang poin terbanyak di skuat Merah Putih justru guard 22 tahun asal Provinsi Bangka Belitung, Abraham Damar Grahita, yang melesakkan 21 poin.
Akurasi tembakan menjadi senjata Indonesia saat hampir menaklukkan Korsel. Persentase masuk lemparan bebas anak-anak asuh pelatih Fictor Roring ketika itu mencapai 82 persen, sementara Korsel 77 persen.
Kemudian, kualitas tembakan tiga angka Indonesia juga lebih baik dengan tingkat akurasi 38 persen, di mana Abraham Damar menjadi penembak paling efektif di tim dengan memasukkan tiga lemparan tiga angka dari empat kali percobaan yang dimilikinya. Catatan tersebut lebih tinggi dibandingkan akurasi tembakan tiga angka Korsel yang hanya 23 persen.
Selain itu, jumlah "defensive rebound" Indonesia mencapai 26 kali, lebih banyak dari Korsel yang menorehkan 23 kali.
Angka-angka itu seharusnya membuat Korsel lebih waspada. Sebab bila tidak, Indonesia akan mengambil alih pertandingan dan mungkin saja menaklukkan mereka.
Meski cukup realistis dengan kemungkinan menang atas Korsel, pelatih tim nasional bola basket putra Indonesia Fictor Roring mengaku menyiapkan strategi khusus untuk menghadapi Korsel.
"Pasti ada strategi khusus melawan Korea Selatan. Kami selalu menyiapkan strategi sesuai dengan lawan yang akan kami hadapi," ujar Ito, sapaan Fictor.
Satu yang perlu diperhatikan oleh tim Indonesia yaitu pertahanan. Di William Jones, hanya center Kore White yang mencatatkan rataan "defensive rebound" 7,4 per-laga dan total reboundnya rata-rata 10,1 per-pertandingan.
Mengingat Kore White merupakan center berkewargaegaraan Amerika Serikat, pelatih Fictor Roring harus benar-benar menginstruksikan para "big men" skuatnya misal Adhi Pratama Prasetyo, Valentino Wuwungan, Ponsianus Nyoman Indrawan, Kevin Yonas, Firman Dwi Nugroho dan pemain naturalisasi Jamarr Andre Johnson untuk menggalang pertahanan solid tanpa kenal kompromi ketika diturunkan.
Sebab, dari nama-nama tersebut, belum ada yang memiliki rekor "defensive rebound" dengan rataan sebaik Kore White. Inilah yang perlu ditingkatkan lagi oleh timnas agar bisa menyulitkan lawan.
Timnas Korea Selatan agaknya tidak terlalu menganggap Indonesia sebagai lawan yang patut diperhitungkan. Dikutip dari Kantor Berita Korea Selatan Yonhap, pelatih timnas putra Korsel Hur Jae lebih mengkhawatirkan dua tim yang tidak ada di Grup A, Iran dan China.
Di Grup A, selain dengan Indonesia, Korsel akan berjumpa dengan Mongolia dan Thailand.
"China dan Iran adalah tim yang benar-benar kuat. Itulah sebabnya saya selalu menekankan pentingnya pertahanan dan konsentrasi," tutur Hur Jae.
Seperti yang disampaikan semula,tidak awasnya Korsel terhadap Indonesia bisa berakibat fatal bagi tim Negeri Ginseng tersebut. Indonesia memiliki kemampuan melumat mereka kalau tak siap. ***4***
Baca juga: Jadwal lengkap bola basket 5x5 Asian Games
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Teguh Handoko
COPYRIGHT © ANTARA 2018