Pada pertandingan hari pertama, tercatat ada enam cabang olahraga yang langsung menyediakan medali emas untuk diperebutkan para atlet yang berlaga, masing-masing wushu, anggar, gulat, taekwondo, renang, dan menembak.
Secara keseluruhan dari enam cabang olahraga itu ada sebanyak 21 keping emas, dengan terbanyak berasal dari renang yakni tujuh keping, gulat (5), taekwondo (4), anggar (2), menembak (2), dan wushu (1).
Kecuali menembak yang dilombakan di komplek Jakabaring Sport City Palembang, Sumatera Selatan, lima cabang olahraga lainnya dimainkan di arena yang berada komplek Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Dari jadwal yang dirilis INASGOC, medali emas pertama diperkirakan muncul dari cabang olahraga wushu yang melombakan nomor changquan putra mulai pukul 09.00 WIB dan langsung menentukan pemenangnya.
Baca juga: PB WI optimistis target emas wushu terpenuhi
Baca juga: Indonesia berpeluang besar rebut tiga emas wushu
Sementara dari cabang olahraga gulat mempertandingkan nomor gaya bebas kategori putra di kelas 57 kg, 65 kg, 74 kg, 86 kg, dan 97 kg.
Kemudian dari cabang olahraga taekwondo juga ada empat keping emas yang disediakan pada nomor poomsae (seni kerapian jurus), masing-masing individual putra-putri dan berebu putra-putri.
Baca juga: Taekwondo Indonesia sudah petakan kekuatan lawan
Berat Raih Medali
Pelatih gulat Indonesia Buyamin mengatakan, peluang anak asuhnya untuk bisa menembus zona medali sangat berat, namun tidak menutup kemungkinan mereka bisa membuat kejutan.
Baca juga: Tim gulat Indonesia optimistis peluang emas tetap terbuka
"Untuk bisa bersaing di zona medali, kemampuan pegulat Indonesia masih belum cukup, mengingat persaingan di tingkat Asia sangat berat. Level atlet kita memang masih di tingkat Asia Tenggara, itu pun harus berjibaku dengan kekuatan pegulat Vietnam, Thailand dan Myanmar. Sedangkan di tingkat Asia, belum ada sejarah pegulat nasional bisa masuk dalam zona medali," kata Buyamin.
Menurut ia, pada ajang Asian Games 2018 ini, persaingan meraih medali akan diperebutkan pegulat dari India, Iran, Korea Selatan, China dan sejumlah negara pecahan Uni Soviet.
"Bermain di rumah sendiri, semoga anak-anak punya motivasi lebih dan bisa membuat kejutan," tambahnya.
Dii cabang olahraga anggar yang menyediakan dua medali emas pada hari pertama, yakni nomor epee (degen) putra dan sabre (sabel) putri, langkah atlet Indonesia juga bakal mendapat sandungan dari para pesaingnya.
Sama halnya dengan gulat, Indonesia masih kalah kelas dari atlet anggar negara lain di Asia, terutama Korea Selatan. Oleh karena itu, cabang olahraga anggar juga tidak dibebani target medali emas pada Asian Games 2018.
Baca juga: Juara Olimpiade 2016 incar emas anggar Asian Games
"Target pribadi saya bisa masuk empat besar, tapi itu tidak mudah. Lawan dari Korea Selatan sangat tangguh dan merupakan juara Olimpiade 2016," kata Diah Permatasari, satu-satunya atlet anggar Indonesia yang pernah berlaga di Olimpiade 2012 London.
Manajer tim anggar Indonesia Muslimin yang dihubungi terpisah menambahkan bahwa seluruh atlet sudah menjalani persiapan yang maksimal, termasuk menjalani pemusatan latihan dan latih tanding di Korea Selatan sebelum tampil di Asian Games.
"Kami memang tidak dibebani medali, jadi mudah-mudahan hal ini bisa membuat para atlet bisa bertanding lepas. Kita ingin membuat kejutan, meskipun peluangnya sangat berat," ujar pria yang juga Ketua Pengprov Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (Ikasi) Kalimantan Timur itu.
Dari cabang olahraga menembak yang dilombakan di komplek Jakabaring Sport City, Palembang, dua medali emas diperebutkan pada hari pertama perlombaan, yakni nomor 10 meter air rifle beregu campuran dan 10 meter air pistol beregu campuran.
Manajer tim menembak Indonesia Sarozawato Zai menuturkan, dua nomor tersebut merupakan nomor favorit sehingga banyak atlet yang ambil bagian.
Pada nomor 10 meter air rifle, misalnya, tuan rumah Indonesia menurunkan pasangan Monica Daryanti dan M Naufal Mahardika, sementara untuk nomor 10 meter air pistol mengandalkan Talitha J Almira dan Deny Pratama, tetapi mereka tidak ditarget medali.
"Pesaing berat akan datang dari negara-negara Asia yang terkenal memiliki petembak dengan reputasi kelas dunia, seperti dari China, Korea dan India," katanya.
Perebutan medali emas yang tidak kalah sengit dan menarik perhatian penonton bakal berlangsung dari arena kolam renang Aquatic Center GBK Jakarta, karena ada tujuh medali emas yang diperebutkan pada nomor final yang berlangsung Minggu petang hingga malam hari.
Ketujuh nomor final itu meliputi 1.500 meter gaya bebas putri, 200 meter gaya bebas putra, 200 meter gaya punggung putri, 100 meter gaya punggung putri, 100 meter gaya dada putri, 200 meter gaya kupu-kupu putra, dan 4x100 meter gaya bebas estafet putri.
Dari cabang aquatik ini, atlet asal China dan Jepang diperkirakan .akan mendominasi perlombaan, karena kedua negara tersebut memiliki perenang-perenang kelas dunia. Selain ada juga perenang dari Kazakhstan yang mengancam.
Baca juga: Juara dunia dari China mengincar lima emas renang
China, misalnya, akan mengandalkan juara Olimpiade, Sun Yang, di nomor gaya bebas dan juara dunia Xu Jiayu di gaya punggung. Sedangkan Jepang memiliki Kosuke Hagino yang meraih medali emas 200 meter gaya bebas pada Asian Games 2014.
Pada nomor gaya punggung, tuan rumah bertumpu pada I Gede Siman Sudartawa, yang selama beberapa bulan bersama perenang pelatnas lainnya, menjalani pemusatan latihan intensif di Australia dan Amerika Serikat.
Baca juga: Siman incar medali nomor 50 meter gaya punggung
Mantan perenang nasional Elsa Manora Nasution menyebut para perenang Indonesia membutuhkan mukjizat untuk bisa meraih medali emas pada Asian Games 2018.
"Saya tahu banget perjuangan mereka (perenang Indonesia) dalam mempersiapkan diri, tapi untuk bisa menang atau mendapatkan emas itu sebagai mukjizat aja kali ya," kata Elsa saat ditemui Antara di Bandara Silangit, Siborongborong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, awal Agustus lalu.
Baca juga: Richard Sam Bera prediksi renang Indonesia bisa sabet medali
Baca juga: Elsa akui renang Indonesia butuh mukjizat untuk dapat emas
***4***
Pewarta: Didik Kusbiantoro
Editor: Dadan Ramdani
COPYRIGHT © ANTARA 2018