Atlet perempuan berhijab Defia Rosmaniar menyabet medali emas pertama untuk Indonesia dari cabang olahraga taekwondo nomor poomsae (seni kerapian jurus). Defia Rosmaniar merasa bangga dan tidak menyangka bisa mengalahkan lawan terberatnya, atlet asal Korea Selatan.
Kemenangan Defia tersebut disaksikan langsung oleh orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo pada laga semifinal melawan Yun Jihye asal Korea Selatan di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Minggu (19/8).
Presiden Joko Widodo juga mengalungkan langsung medali emas pertama bagi Indonesia kepada Defia Rosmaniar.
Dara berusia 23 tahun ini mengaku sempat gugup saat menghadapi Yun Jihye di semifinal. "Lumayan deg-degan, tapi Alhamdulillah, habis semifinal lancar. Deg-degan tapi dibawa semangat," katanya.
Ia mengatakan, motivasi terkuatnya adalah dirinya bisa mengalahkan lawan-lawannya . "Di pikiran, aku bisa, bisa mengalahkan mereka."
Defia Rosmaniar mengatakan, mengalami periode terberat saat berlatih di Korea pada akhir Maret hingga Agustus 2018, terutama karena harus jauh dari keluarga dan teman-temannya.
Mahasiswi Jurusan Pendidikan Olahraga Universitas Negeri Jakarta yang lahir di Bogor, Jawa Barat, 25 Mei 1995 ini mulai mengenal taekwondo sejak duduk di bangku SMP melalui kakak sepupunya. Di final ia mengalahkan atlet Iran, Salahshouri Marja dengan skor 8.690 - 8.470
Defia pernah meraih medali emas pada nomor individual putri dan tim putri PON Jawa Barat 2016, kemudian tim putri senior Kejurnas Mahasiswa Lombok Mataram 2016 dan medali erak untuk individual putri senior Kejurnas Mahasiswa Lombok Mataram 2016.
Emas kedua
Medali emas kedua untuk Indonesia juga diraih oleh atlet putri, Lindswell Kwok melalui cabang wushu nomor Taijiquan-Taijijian putri.
"Emas ini saya persembahkan untuk semua masyarakat Indonesia," kata Lindswell usai pertandingan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Senin.
Lindswell berhasil mengalahkan atlet wushu dari Hong Kong, Uen Ying Juanita Mok, yang sekaligus menjadi lawan terberat dalam ajang ini.
"Tidak ada persiapan khusus untuk hari ini, hanya bangun lebih pagi dan pastikan jangan sampai pemanasan kurang. Lebih baik datang lebih awal," ujarnya.
Pertandingan itu juga dihadiri Presiden Joko Widodo, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Ketua Umum Pengurus Besar Wushu Indonesia Airlangga Hartarto, dan Chef de Mssion (CdM) Indonesia Syafruddin.
Kemampuan Lindswell untuk meraih medali emas sudah diyakini oleh Pelatih Kepala Cabang Wushu Novita, terutama setelah atlet China tidak ikut bertanding.
Dalam nomor Taijiquan-Taijijian putri, Lindswell memperoleh poin 19,50, dengan rincian untuk Taijiquan dan Taijijian masing-masing mendapatkan poin 9,75.
Atlet kelahiran Medan, Sumatera Utara pada 24 September 1991 ini telah mengukir sejumlah prestasi. Pencapaian terakhirnya adalah mempertahankan gelar juara dunia dengan mendapat medali emas pada ajang Kejuaraan Dunia Wushu 2017 di Rusia. Sebelumnya dia menyabet tiga medali emas di kejuaraan dunia 2015.
Lindswell mengaku sangat grogi sebelum pertandingan, namun ia optimistis bisa meraih medali emas, terlebih bertanding di negara sendiri. "Saya grogi banget sebenarnya karena ini pertandingan terakhir saya," katanya di Hall B, JI Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (20/8).
Ia mengatakan, pernah membenci wushu saat kecil karena menganggapnya sebagai olahraga yang sulit karena ada unsur seni di dalamnya. Ia pertama kali ia mengenal wushu pada usia 9 tahun dari kakaknya, Iwan Kwok, yang merupakan bagian dari Pengurus Besar Wushu Indonesia (PB WI).
Lindswell Kwok dijuluki sebagai "Ratu Wushu" Asia Tenggara setelah mengantongi medali emas berturut-turut dalam ajang SEA Games pada 2011, 2013, 2015, dan 2017.
Emas ketiga
Medali emas ketiga untuk Indonesia kembali diraih perempuan yakni Tiara Andini Prastika dari cabang balap sepeda gunung nomor downhill putri .
Tiara menjadi yang tercepat pada perlombaan downhill putri di Khe Bun dengan catatan waktu 2 menit 33,056 detik di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Senin.
Tiara unggul jauh dengan selisih lebih dari 9 detik dengan dua peraih medali lain. Atlet Thailand, Vipavee Deekaballes meraih medali perunggu dengan selisih 9,598 detik. Rekannya, Nining Purwaningsih, berada di posisi ketiga dan berhak meraih medali perunggu. Nining tertinggal 9,608 detik dari rekan senegaranya.
Pencapaian gadis asal Semarang, Jawa Tengah, ini sudah diprediksi karena ia menempati peringkat 13 dunia, meskipun beberapa bulan menjelang Asian Games 2018 ia sempat cedera pada telunjuk tangan tangan yang menyebabkannya tidak mengikuti pelatnas downhill di Melbourne, Australia.
Namun, atlet berusia 22 tahun itu akhirnya turun dalam ajang pemanasan Kejuaraan Asia MTB 2018 di Danao, Cebu, Filipina, pada Mei. Pada ajang itu ia meraih posisi tiga besar dengan catatan waktu tiga menit 51,700 detik untuk menempuh jarak 1.740 meter.
Dengan catatan prestasi tersebut, perempuan kembali membuktikan kemampuannya untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah Asia. (U.N002)
Baca juga: Presiden Jokowi sebut Lindswell Kwok sebagai Ratu Wushu Asia
Baca juga: Kebanggan Defia Rosmaniar ditonton Presiden hingga final
Pewarta: Nusarina Yuliastuti
Editor: Atman Ahdiat
COPYRIGHT © ANTARA 2018