Jakarta (ANTARA News) - Sepintas tak ada yang menyangka Aprilia Lia atlet bola tangan putri Indonesia adalah salah satu atlet yang garang saat memegang bola ketika berada di sekitar kotak pinalti lawan.

Parasnya yang cantik, serta lemah lembut membuat siapapun yang tak mengenal Aprilia, tentunya akan menganggap Aprilia adalah seorang gadis biasa seperti gadis-gadis pada umumnya.

Gadis kelahiran Purwakarta, Jawa Barat, 28 April 1997 itu sebenarnya adalah seorang atlet bola basket di kampusnya  Univesitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Jawa Barat.

Perjalanannya mengenal bola tangan ketika dirinya masih berasa di bangku kuliah semester dua yakni tahun 2016. Pada saat itu ia diperkenalkan tentang olahraga bola tangan oleh seniornya di kampusnya yang memang suka dengan olahraga itu.

Permainan tersebut (bola tangan) menurut dia sangat menantang dirinya walaupun sebenarnya pada awalnya ia lebih menyukai bola basket dibandingkan bola tangan yang namanya tak sepopuler bola basket, bola voli, sepakbola ataupun badminton.

“Usai diajak mengenal olahraga itu, saya kemudian ikut seleksi U-19 untuk mengikuti turnamen internasional handball federation (IHF) membawa nama Indonesia,” tuturnya.

Terhitung hanya dua kali bermain bersama dengan tim senior di kampus sebelum dipanggil seleksi dan lolos masuk timnas dan pada akhirnya hingga saat ini masuk dalam tim inti timnas bola tangan putri Indonesia.

Dia pun mengaku kaget ketika terpilih menjadi salah satu atlet yang dipercaya membawa nama Indonesia bersama teman-temannya.

Bertemu dengan tim-tim dari negara-negara di luar dari Asia Tenggara baginya adalah pengalaman yang tidak akan pernah dilupakannya mengingat dari situ banyak teknik-teknik yang dapat dipelajarinya untuk menambah kemampuannya di timnas.


Tulang Punggung Keluarga

Lahir dari keluarga yang kehidupan ekonominya pas-passan, membuat Lia nama panggil dari Aprilia, menjadi tulang punggung dari keluarganya.

“Saya anak pertama dari dua bersaudara. Bapak saya hanyalah seorang pegawai swasta yang penghasilannya tidak cukup untuk menghidupi keluarga, oleh karena itu saya juga menjadi tulang punggung keluarga,” tambahnya.

Diterima masuk dalam skuat utama timnas bola tangan Indonesia, adalah hal yang menurutnya mampu ia gunakan untuk membantu orang tuanya.

Saat ini lanjutnya hanya ingin memberikan yang terbaik buat orang-orang yang sudah mendukungnya menjadi atlet bola tangan, mulai dari Orang tuanya, pelatihnya, teman-temannya serta keluarganya, khususnya bagi Indonesia.

 “Saat ini saya sadar belum bisa memberikan yang terbaik bagi Indonesia dalam turnamen ini, tetapi untuk kedepannya saya akan terus berusaha agar bisa menampilkan permainan terbaik,” tuturnya.    

     

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2018