Jakarta (ANTARA News) - Bagi mereka yang menekuni karier bola basket, NBA adalah tujuan puncak mereka, sementara Liga Utama Inggris maupun La Liga Spanyol jadi mimpi mereka yang merintis karier sebagai pesepak bola.

I Putu Wahyu Juniartha, atlet kabbadi yang memperkuat Indonesia di Asian Games 2018, memiliki mimpi serupa berwujud Pro Kabbadi League di India.

"Saya sangat ingin jadi atlet kabaddi internasional dengan ikut di liga pro di India, siapa sih tidak ingin menekuni pekerjaan yang dia sukai," ujar Wahyu itu di sela-sela rangkaian pertandingan kabaddi Asian Games 2018 di Teater Garuda Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis.

Menjadi atlet kabbadi yang serius berlatih adalah langkah pertama yang ditempuh Wahyu, diteruskan dengan langkah kedua yakni "menjajakan diri" ke klub-klub Pro Kabbadi League.

Wahyu mengaku sudah diminta mengirimkan data pribadi kepada pengurus liga setempat buntuk melewati seleksi administrasi sebagai atlet kabbadi profesional.

"Nanti klub-klub profesional di India itulah yang akan memilih atlet dalam bursa transfer didasarkan data dan prestasi. Saya juga dapat info siapa yang mainnya bagus di Asian Games 2018 bisa direkomkan untuk jadi jadi pemain pro kabaddi di India," jelas Wahyu yang mengagumi atlet kabaddi internasional India Ajay Thakur itu.

Atas dasar itulah Wahyu, yang mengampu posisi raider, tampil habis-habisan dalam babak penyisihan grup demi membantu Indonesia mencatatkan tiga kali kemenangan dan dua kekalahan.


Cinta yang tak disengaja

Wahyu menuturkan kecintaannya terhadap olahraga yang untuk pertama kalinya dipertandingkan di Asian Games 2018 meski sudah berusia ratusan tahun itu terjadi secara tidak sengaja.

Mahasiswa jurusan olahraga STKIP PGRI Bali itu awalnya merintis karier sebagai atlet atletik nomor estafet jarak pendek serta lompat jauh, namun ambisinya di sana dihadapkan pada kenyataan bahwa ia batal tampil di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali.

Ia lantas ditawari untuk pindah cabang olahraga ke kabbadi, yang sepintas mirip dengan permainan tradisional Bali megale-gale, dan mulai ikut berlatih bersama sejumlah pemain senior yang kini berdampingan bersamanya membela Indonesia di Asian Games 2018.

"Yang saya rasakan dasar sebagai atlet lari jarak pendek dan lompat jauh membantu kecepatan dan daya tahan tubuh," jelas Wahyu yang hobi membaca buku itu.

Wahyu mengaku, bahwa keterlambatan ia menekuni kabbadi bisa saja menjadi faktor pembeda langkahnya menuju Pro Kabbadi League India.

Sebab, kata Wahyu, perjalanan menjadi atlet profesional kabbadi di India umumnya dimulai sejak masih berusia 10 tahun. Bahkan mereka membutuhkan fokus untuk mempelajari kabbadi yang mempengaruhi pendidikan formal.

Wahyu menyebutkan tak kurang dari 10.000 jam waktu latihan harus ditempuh seseorang sebelum bisa menjadi atlet profesional kabbadi di India.

"Di India anak-anak seumuran itu yang ingin berkarir di kabaddi hanya sekolah formal pada hari Selasa, Rabu dan Jumat, diluar jadwal itu mereka sekolah kabaddi," jelas Wahyu yang menekuni kabaddi sejak dua tahun terakhir.

Kendati baru dua tahun menekuni kabbadi, kemampuan Wahyu sudah menuai pujian dari rekannya di tim Indonesia, Dicki Candra, yang menyebut Wahyu selalu jadi andalan tim dan sukses meraih banyak poin saat bermain.
    
"Teknik dan kecepatan Wahyu sangat baik dan menjadi raider yang memotivasi dalam tim," ujar Dicki.

Baca juga: Indonesia buka peluang ke semifinal kabbadi putra

Pewarta: Maswandi
Editor: Gilang Galiartha
COPYRIGHT © ANTARA 2018