Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak tujuh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia yang mendapat lisensi untuk memproduki suvenir resmi Asian Games 2018 berpeluang merambah pasar mancanegara.

Hingga Kamis ini, suvenir resmi yang paling laris diburu di arena Gelora Bung Karno, Jakarta, adalah boneka tiga maskot Asian Games 2018 yakni Kaka, Atung dan Bhin-bhin, serta pakaian kaos Asian Games 2018. Harga suvenir pun beragam dari Rp1.500 hingga Rp5 juta.

"Standar produk UKM sudah kami seleksi dengan standar internasional, termasuk harga, kami lihat atlet dan delegasi mancanegara bisa menyukai suvenir sehingga membuka pasar lebih luas bagi UKM," kata Direktur Bidang Merchandising INASGOC Mochtar Sarman.

Untuk merambah pasar ekspor, hal pertama yang harus dibuktikan adalah UKM Indonesia mampu menerapkan kualitas berstandar internasional. Panitia Penyelenggara, INASGOC, mengaku menerapkan seleksi yang cukup ketat kepada UKM jika ingin mendapat lisensi.

Seleksi ketat itu terdiri dari kapasitas produksi, desain, daya tahan, hingga harga. Kapasitas produksi dan harga menjadi dua kriteria yang sangat diperhatikan. Banyak UKM yang tidak lolos dalam lelang produksi suvenir, kata Mochtar, karena menawarkan harga yang dinilai terlalu tinggi.

"Selain itu, setiap hari permintaan suvenir terus meningkat. Kami sempat kewalahan, tapi kami harus memastikan semua tersedia. Begitu juga dengan harga, secara standar internasional, harus dalam rentang yang memadai," ujar dia.

UKM juga diberikan pendampingan oleh panitia, misalnya untuk memproduksi barang sesuai tren global, yang memang menjadi target pasar di Asian Games 2018. 

Sayangnya, Mochtar masih enggan mengungkapkan berapa omzet transaksi suvenir selama Asian Games 2018 yang telah berlangsung enam hari.

Produksi suvenir resmi Asian Games 2018 melibatkan 23 perusahaan, di mana tujuh perusahaan di dalamnya merupakan UKM yang di antaranya berasal dari Bandung, Jawa Barat, DKI Jakarta dan juga Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Salah satu UKM yang menjual langsung produknya untuk Asian Games 2018 adalah Du'Anyam yang membuat produk seperti tas, keranjang dan suvenir lainnya berbahan dasar anyaman. Du'Anyam sudah memproduksi 20 ribu suvenir untuk Asian Games 2018.

Selama berlangsungnya Asian Games 2018, pusat suvenir  "Official Merchandise Super Store" selalu disesaki pengunjung. 

Bahkan, panitia kerap menerapkan sistem buka tutup bagi pengunjung agar suasana di dalam toko tidak penuh sesak. Namun, sistem buka tutup itu menyebabkan antrean panjang yang kerap membuat pengunjung kelelahan. 

Salah satu pengunjung yang merupakan pendukung tim Chinese Taipie, Lee Huang Kim, mengaku penasaran dengan suvenir yang dibuat UKM asal Indonesia. Dia ingin mencari produk-produk seperti anyaman dan kain batik, dengan logo Asian Games 2018.

"Saya sering lihat boneka Kaka. Tapi saya ingin lebih melihat produk khas Indonesiaseperti anyaman dan lain-lain," ujar dia yang ditemui Antara saat mengantre untuk membeli suvenir.

Sementara, pengunjung Asian Games 2018 asal Indonesia, Anty Lathifah mengaku terkesan dengan keunikan tiga maskot, Kaka, Bhin-Bhin dan Atung. Setelah berbelanja, dia mengaku paling menyukai boneka Kaka yang dia beli seharga Rp200 ribu dan juga kaca mata. 

Menurutnya, untuk merambah pasar ekspor, UKM pemegang lisensi resmi Asian Games 2018, harus menambah ragam produknya. UKM jangan hanya berhenti menggarap produk-produk yang sudah lazim dijual seperti pakaian kaos ataupun jaket.

"Harus lebih kreatif lagi, tapi secara keseluruhan sih lucu-lucu," ujar dia.

 

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Irwan Suhirwandi
COPYRIGHT © ANTARA 2018