Jakarta (ANTARA News) - Medali emas pertama bagi Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018 diperoleh dari cabang taekwondo dan Defia Rosmaniar menjadi atlet pembuka pundi-pundi emas Asian Games setelah menjadi yang terbaik dalam kategori Poomsae individual putri taekwondo tersebut.

Defia meraih emas setelah mengalahkan Marjan Salahshouri dari Iran dengan angka 8.690-8.470. Raihan emas dari taekwondo ini menjadi sejarah tersendiri bagi Indonesia.

Sejak pertama kali dipertandingkan pada Asian Games 1986, belum pernah sekalipun Indonesia meraih emas dari taekwondo.

Baca juga: Raih emas pertama untuk Indonesia, Defia dapat hadiah umroh

Perjuangan meraih emas ini tidak mulus dijalani Defia. Dia harus menjalani pemusatan latihan di Korea Selatan sejak Maret 2018.

Baru sekitar seminggu di Korea, Defia mendapat kabar duka setelah ayahnya, Ermanto, meninggal dunia.

Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta tersebut bahkan terpaksa harus melewatkan pemakaman ayahnya karena lamanya perjalanan pulang dari Korea menuju Indonesia. "Hanya sempat melihat pemakaman lewan 'videocall'," katanya.

Setibanya di rumah, Defia pun tidak tinggal terlalu lama. Hanya sehari tinggal di rumah usai pemakaman ayah tercinta, Defia kembali bertolak ke Korea untuk melanjutkan pemusatan latihan.

"Saya sadar ada tanggung jawab yang harus dipenuhi dari taekwondo," ujarnya.

Defia mempersembahkan medali yang diraihnya tersebut untuk ayah tercinta. "Ayah yang paling mendukung saya di taekwondo," katanya.

Gadis kelahiran 25 Mei 1995 ini sendiri mengenal taekwondo sejak SMP dari kakaknya. Sejak saat itu, Defia mengaku ayahnya terus mendorong agar serius di olahraga tersebut.

Dalam partai final kategori Poomsae teraebut, ia mengaku sempat berdebar. "Sempat deg-degan, tapi lepas saja karena menang kalah itu wajar," katanya.

Ia juga mengatakan perjuangannya berlatih di Korea terbayar lunas dengan raihan emas ini.

Pada hari pertama cabang taekwondo Asian Games yang mempertandingkan kategori Poomsae di JCC Senayan Jakarta tersebut, Presiden Joko Widodo menyempatkan diri untuk hadir langsung di kursi penonton.

Presiden hadir sejak pertandingan semifinal hingga pengalungan medali untuk juara.

Baca juga: Presiden Jokowi kalungkan langsung emas pertama Indonesia kepada Defia

Defia Rosmaniar mengaku bangga ditonton oleh Presiden Joko Widodo sejak semifinal hingga final. "Yang pasti bangga, ditonton sejak semifinal sampai final. Terus sampai pengalungan medali," katanya.

Menurut dia, hal tersebut menjadi penyemangat tersendiri bagi dirinya saat bertanding.

Saat pengalungan medali, kata dia, presiden menyampaikan rasa bangganya. "Presiden menyampaikan ini emas pertama Asian Games," katanya.

Saat bertanding, Defia pun tidak menyadari kehadiran presiden di pinggir arena. "Saya harus fokus menghadapi Korea di semifinal," tambahnya.
        
      Tanggung jawab keluarga

Sebagai peraih medali emas, bonus Rp1,5 miliar sudah menanti Defia.

Perempuan 23 tahun tersebut sudah merencanakan ibadah umrah bersama Kartini, ibunya, serta anggota anggota keluarga. "Yang pasti dipakai untuk yang baik-baik," pungkasnya.

Selain itu, Defia yang kini juga menjadi tulang punggung keluarga masih memiliki kewajiban untuk membiayai sekolah dua adiknya. "Ada dua adik, yang satu masih SD, yang satu mulai masuk kuliah," katanya.

Tingginya rasa tanggung jawab Defia terhadap keluarga dan taekwondo tersebut juga diungkapkan Manajer Tim Taekwondo Indonesia dalam Asian Games 2018, Rahmi Kurnia.

Sebagai atlet profesional, kata dia, Defia memiliki tanggung jawab besar.

Bahkan sejak awal Rahmi telah berpesan kepada Defia agar menjadi bintang di Asian Games. "Jangan menjadi bintang sebelum Asian Games. Jadilah bintang saat Asian Games," katanya.

Hal tersebut, lanjut dia, juga ditekannya kepada atlet-atlet lainnya.

Menurut dia, yang paling utama ialah atlet harus memiliki sikap yang bagus. "Meskipun berprestasi tetapi 'attitude' tidak bagus tetap akan saya keluarkan," tegasnya.

Gelaran Asian Games 2018, khususnya pada kategori Poomsae taekwondo ini, kata dia, diharapkan dapat menjadi penilaian Komite Olimpiade agar nomor ini bisa dipertandingkan di Olimpiade 2020.

Ia menuturkan para petinggi organisasi taekwondo dari lima benua hadir langsung saat dipertandingkan nomor Poomsae di Asian Games ini. "Nomor ini sukses di Asian Games. Para atletnya berjuang. Mereka susah payah mendapatkan poin," katanya.

Hasil cabang taekwondo di Asian Games ini, lanjut dia, juga menjadi bahan evaluasi untuk Indonesia.

Ia mengusulkan kepada Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) untuk melakukan jemput bola mencari bibit taekwondoin yang disiapkan untuk memperkuat Indonesian ke depannya. "Perkembangan taekwondo sudah semakin pesat, PBTI harus mulai jemput bola untuk mencari bibit-bibit yang bagus," kata Rahmi.

       Beberapa hal yang menjadi cacatan dari hasil Asian Games 2018 ini, menurut dia, salah satunya berkaitan dengan postur tubuh atlet Indonesia yang dinilai masih kalah dibanding beberapa negara lain.

Ia menilai postur tubuh atlet sangat memengaruhi performa mereka dalam bertanding. "Postur yang bagus, ditambah semangat dan mental bertanding," katanya.

Ia mengakui postur tubuh tinggi berpengaruh khususnya dalam kategori Kyorugi.

Adapun 1 medali emas yang diperoleh dari taekwondo, menurut dia, sudah cukup bagus, meski sebenarnya ada potensi tambahan perak atau perunggu dari beberapa atlet.

Ia menyebut potensi tambahan medali awalnya diharapkan bisa diraih oleh Mariska Halinda di nomor -53 kg dan Ibrahim Zarman nomor -63 kg putra.

Hasil kategori Kyorugi ini, lanjut dia, juga menjadi bagian dari evaluasi tim Indonesia.

Menurut dia, kurangnya inisiatif menyerang saat bertanding menyebabkan angka yang diperoleh tidak maksimal. "Banyak bertahan, inisiatif menyerangnya kurang," katanya.

Korea Juara Umum

Sementara itu, Korea menjadi juara umum cabang taekwondo Asian Games 2018 yang digelar di JCC Senayan, Jakarta, sejak 19 hingga 23 Agustus 2018.

Pada cabang olahraga tersebut, Korea sukses membawa pulang 5 medali emas, 5 perak, dan 2 perunggu.

Sementara di tempat kedua diduduki Iran yang meraih 2 emas, 3 perak, dan 1 perunggu.

Adapun Thailand mampu menempati posisi ketiga setelah pada hari terakhir pertandingan mampu menambah raihan 1 medali emas. Secara keseluruhan, Thailand meraih 2 emas dan 2 perunggu.

Sementara tuan rumah Indonesia menduduki peringkat delapan dengan 1 medali emas. Satu-satunya medali yang diraih Indonesia berasal dari Defia Rosmaniar yang turun di kategori Poomsae putri.

Baca juga: Defia Semangati Seluruh Pejuang Olahraga Asian Games 2018
 

Pewarta:
Editor: Junaydi Suswanto
COPYRIGHT © ANTARA 2018