Jakarta (ANTARA News) - Perhelatan Asian Games 2018 mencuri perhatian masyarakat yang antusias untuk menyaksikan sejumlah pertandingan di pesta olahraga terbesar kedua di dunia setelah Olimpiade itu.

Indonesia kembali menjadi tuan rumah setelah lebih dari setengah abad, yakni pada tahun 1962 dipercaya menggelar Asian Games IV.

"Kapan lagi nonton Asian Games? Ini empat tahun sekali, belum tentu nanti kita jadi tuan rumah lagi. Tapi saya susah banget cari tiket, enggak dapet-dapet karena sold out terus," kata Rahayu Indah kepada  Antara, Jumat.

Pegawai di salah satu kantor konsultan lingkungan internasional itu awalnya ingin menonton bulu tangkis, olahraga kegemarannya, tetapi ia nyaris putus asa karena selalu gagal mendapatkan tiket.

"Saya sudah mencoba beberapa alternatif tempat penjualan tiket tetapi kehabisan terus. Susah banget. Tapi saya mau coba lagi, nonton pertandingan apa saja deh yang penting saya bisa nonton Asian Games," papar Rahayu.

Hal yang sama dialami Antonius. Ia awalnya ingin menonton pertandingan cabang olahraga renang tetapi selalu kehabisan tiket.

"Saya enggak tahu ini karena pada antusias atau penjualan tiket yang bermasalah. Soalnya saya lihat badminton di TV penonton enggak penuh, tetapi pas cek di Blibli.com kok sold out," ungkap Anton.

"Akhirnya saya nonton anggar saja, kesal!" ujarnya.

Pada laga final bulu tangkis beregu putra Indonesia lawan China, banyak calon penonton yang harus menghadapi kenyataan pahit karena kehabisan tiket.
 
Antrean pembeli tiket bulu tangkis nomor beregu putra Asian Games 2018 di Senayan, Jakarta, Rabu pagi. (ANTARA News/Monalisa)


Masyarakat yang hendak menonton tim Indonesia melawan musuh bebuyutannya itu rela mengantre sejak subuh di kawasan Gelora Bung Karno Senayan, Rabu (22/8). Padahal saat itu bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, dan demi mendapatkan tiket banyak dari orang-orang yang terpaksa tidak salat Ied.

Di depan masjid Al Bina, Senayan, yang pelantangnya memperdengarkan khotbah yang jadi bagian shalat Idul Adha, ratusan orang mengantre untuk mendapatkan tiket final bulu tangkis beregu putra.

Antrean panjang tersebut ternyata berlangsung hingga sore. Tak pelak lagi, banyak penonton yang tidak kebagian tiket.

Penonton di sekitar tempat tiket berteriak "Tiket.. tiket.." karena sudah kelelahan menunggu dan panas matahari semakin menyengat.

Salah satu penonton bernama Ayu menyebutkan ketidakjelasan sistem pembelian tiket tersebut harus mengantre selama hampir 9 jam.

"Beli online sudah tidak bisa karena sudah habis kemudian beli offline di tempat loket dibuka jam 08.00 tapi ternyata menunggu jam 06.00 pun dibilang sudah habis" ujar salah satu pengantre, Ayu.

Baca juga: Warga kecewa tidak kebagian tiket pembukaan Asian Games


Misteri bangku kosong

Nyatanya, berdasarkan pantauan Antara saat laga final bulu tangkis beregu putra, beberapa sisi tribun penonton terlihat kosong.

Tidak terjadi pada hari itu saja. Pada Jumat (24/8) , tiket duel timnas U-23 Indonesia melawan Uni Emirat Arab pada babak 16 besar yang berlangsung di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Jabar juga dinyatakan sudah habis.

Tetapi bangku penonton di stadion yang berkapasitas 28.778 masih tidak dipadati penonton tepat sebelum pemain memasuki lapangan.
 
Penampakan tribun penonton timnas U-23 Indonesia melawan Uni Emirat Arab pada babak 16 besar di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Jabar, Jumat. (ANTARA News/Michael Siahaan)


Menyadari hal tersebut, penonton yang sudah berada di tribun lantas menyanyikan yel-yel secara kompak.

"Tiketnya habis, tiketnya habis.. Bangkunya kosong... Tiketnya habis, tiketnya habis... Bangkunya kosong.."

Namun ternyata, bangku penonton mulai terisi sekitar 10 menit setelah laga dimulai.
 
Penampakan bangku penonton di grand final tim nasional sofbol putri Jepang menghadapi Chinese Taipei, di Senayan, Jumat. (ANTARA News/Afut Syafril)


Begitu pun saat grand final tim nasional sofbol putri Jepang menghadapi Chinese Taipei. Berdasarkan pantauan Antara, banyak bangku penonton yang tidak terisi. Akan tetapi, di loket depan arena ditulis keterangan bahwa tiket habis terjual.

Dari Tennis Indoor yang menampilkan aksi tuan rumah Indonesia melawan Kirgistan pada laga Pool A, hanya sejumlah bangku di dekat sisi lapangan yang terisi penonton. Bahkan bangku-bangku yang kosong terlihat begitu mencolok.
 
Indonesia melawan Kirgistan pada laga Pool A di Tennis Indoor GBK, Jumat. (ANTARA News/Satyagraha)


Drama tiket nonton ini sejatinya sudah terjadi sebelum Asian Games resmi dibuka. Konsumen yang ingin membeli tiket Asian Games melalui Kiostix kesulitan karena situs tersebut bermasalah.

Ketika laman itu dibuka, pada 16 Agustus atau dua hari sebelum upacara pembukaan, yang terlihat adalah layar dengan tulisan "Hai! Kami sedang dalam peningkatan layanan untuk kiosTix.com yang lebih baik."

Linimasa dunia maya diwarnai dengan keluhan orang-orang yang ingin membeli tiket.

Baca juga: Kiostix masih bermasalah, konsumen kesulitan beli tiket Asian Games

Baca juga: Selain Kiostix, tiket Asian Games bisa dibeli di Blibli dan Alfamart


Sehari kemudian, INASGOC mengumumkan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, tiket menonton pembukaan dan pertandingan Asian Games 2018 dapat dibeli secara daring (online) melalui Blibli.com dan luring (offline) melalui jaringan ritel Alfamart.

"Tgl 16 Agustus saya cek kiosTix.com tapi tidak bisa dibuka karena webnya bermasalah. Lalu tanggal 18 Agustus saya cek di blibli.com tiket renang sold out dan banyak cabang lain juga. Trus pas mau beli offline di Alpha Market kata orang Alpha marketnya sudah tidak sama mereka lagi karena sudah balik online," ungkap salah satu penonton, Ewit Rachim. Ewit mengaku terpaksa menonton cabang olahraga karate yang masih tersedia tiketnya.


Surat teguran OCA

Beredar di kalangan media peliput, adanya surat teguran dari Director General Dewan Olimpiade Asian (OCA) Husain Al Musallam kepada Presiden INASGOC Erick Thohir soal banyaknya bangku penonton yang kosong.

"Kami melihat bahwa di berbagai venue selama perhelatan Asian Games 2018 banyak bangku yang kosong yang katanya sudah dijatah oleh manajer venue atau pertandingan untuk ofisial federasi nasional lokal," tulis surat tersebut.

"Ini tentu menyebabkan kebingungan dan terlihat tidak baik bagi broadcasting dengan banyaknya bangku kosong."

"Dewan Olimpiade Asian menginstruksikan tidak lebih dari 10 persen bangku yang diperuntukkan untuk ofisial. Saya akan mengapresiasi jika Anda bisa menginformasikan hal ini kepada pihak venue dan pejabat yang bersangkutan," bunyi surat tersebut yang tertulis pada 21 Agustus 2018.

Terkait hal tersebut, Antara mencoba menghubungi Direktur Ticketing INASGOC Sarman Simanjorang, baik lewat telepon maupun pesan instan, namun belum mendapat respon.

Baca juga: Pengurus olahraga Jepang berharap layanan tiket diperbaiki

Baca juga: Calon penonton final bulu tangkis Indonesia-China kecewa tak dapat tiket

Baca juga: Pemesanan tiket daring masih membingungkan

Pewarta:
Editor: Atman Ahdiat
COPYRIGHT © ANTARA 2018