"Korea lebih kuat dari kita, mungkin kita perlu jam terbang lagi," kata Aji dalam menanggapi kekalahan tim voli putra atas Korea Selatan saat ditemui seusai pertandingan.
Menurut Aji, baiknya kolektivitas permainan Korea Selatan itu juga diperparah oleh rapuhnya pertahanan Indonesia dalam menghadapi kombinasi serangan yang dilakukan Sungmin Moon dan kawan-kawan.
"Pertahanan kita sangat kurang dan blok-blok kurang rapat. Selain itu, kita tertekan dulu jadi kurang lepas," katanya.
Ia juga menambahkan pertandingan kali ini juga berbeda dengan laga di fase 12 besar, karena kekuatan Korea Selatan yang sudah berkelas Asia, sedikit diatas para pemain Indonesia.
"Sangat beda sekali dengan Thailand, karena Korea salah satu tim terkuat di Asia," kata tosser Palembang Bank Sumsel Babel ini.
Hal serupa juga diungkapkan spiker Rivan Nurmulki yang mengakui kuatnya permainan Korea Selatan sangat menyulitkan serangan yang dilakukan para pemain Indonesia.
"Disana lebih kompak. Mungkin kita kurang latihan, TC kurang lama. Pokoknya tim sana lebih siap," kata bintang Surabaya Bhayangkara Samator ini.
Dalam pertandingan ini, Rivan yang selama turnamen sudah mencatatkan 37 spike, mencatatkan sembilan spike untuk membantu perolehan angka Indonesia.
Sebelumnya, Indonesia harus mengubur mimpi berlaga di semifinal setelah ditaklukan Korea Selatan 0-3 (22-25, 18-25, 18-25).
Indonesia tidak berdaya menghadapi berbagai kombinasi serangan dari Korea Selatan dan harus kalah tiga set langsung dalam waktu 83 menit.
Pemain Korea Selatan Sungmin Moon menjadi bintang pertandingan ini dengan mencatatkan 14 spike, disusul Jeon Kwangin yang membukukan 13 spike dan Jung Jiseok yang membuat 12 spike.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2018