Bogor (ANTARA News) - Tim nasional Jepang puas mendapatkan satu mendali emas, walau target yang mereka inginkan membawa dua emas pada cabang paralayang Asian Games 2018.
   
"Kami memang menargetkan dua emas, tapi kami dapatkan satu, dan satu perak, ini sesuatu yang harus disyukuri hasilnya, dan kami senang dengan hasil ini," kata Yoshiki Oka, tim official Jepang saat ditemui usai pengalungan medali di arena Paralayang, Gunung Mas Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu.
   
Jepang menjagokan diri di nomor Lintas Alam. Menurunkan lima atlet putra dan tiga atlet putri.
   
Lima atlet putra Jepang yakni Yoshiaki Hirokawa, Takao Iwasaki, Tari, Kamiyama, Yoshiki Kuremoto, dan Yoshiaki Nakagawa. 
   
Sedangkan putri diperkuat pilot-pilot juara dunia yakni Keiko Hirarki, Mochizuki Bao, dan Atsuko Yamashita. 
     
Di awal pertandingan babak pertama nomor Lintas Alam (cross country/XC) putra. Tim Jepang belum menampilkan performa terbaiknya. 
     
Putra Jepang bertengger di posisi kelima selama babak satu dan dua. Namun, pada babak ketiga, langsung menyingkirkan Nepal di peringkat ketiga, dan merebut posisi kedua.  
   
Di babak keempat dan kelima, atlet putra Jepang berhasil berada di peringkat pertama. Dan kelima atlet mampu mencapai goal dengan nilai sempurna.
   
Yoshiki Kuremoto, salah satu atlet putra Jepang mengatakan, awal pertandingan mereka sangat kebingungan untuk menguasai cuaca di Puncak. 
   
Menurutnya cuaca Puncak sangat berbeda dengan cuaca Eropa maupun Jepang di mana mereka berlatih dan berkompetisi.
     
"Awalnya kami berfikir Jepang terbaik di lintas alam, tapi ternyata negara lain juga sangat tangguh, bahkan tidak mudah untuk mengalahkan mereka, sangat senang bisa berada di sini," kata Yoshiki.
   
Yoshiki mengatakan, Asian Games yang mereka ikuti adalah pertandingan yang sangat baik dan menantang.
   
"Kami mengucapkan terimakasih untuk semua," katanya.
   
Ia mengatakan, selama mengikuti Asian Games, ia dan tim mendapatkan kesempatan luar biasa, karena bukan pertandingan yang mudah.
   
"Sangat sulit, apalagi dengan cuaca Puncak yang sering berubah -ubah, kita harus berjuang untuk mendapatkan thermal dan angin agar tetap bisa terbang, berbeda kondisinya dengan di Eropa dan Jepang, sangat spesial kondisi di Puncak," katanya. 
   
Yoshiki menceritakan, di babak awal mereka sangat bingung, dan tim melakukan pembekalan lebih mendalam, berdiskusi setiap malam, bagaimana untuk mengatasi kondisi ini, dan bagaimana untuk mendapatkan medali, serta menjadi juara. 
   
"Tidak ada yang bisa menang jika bermain sendiri, jadi perlu kerja sama tim. Kami berfikir berbeda di babak ketiga sampai terakhir dan menikmati pertandingan," kata Yoshiki. 
   
Sementara itu nomor beregu putri, tim nasional Jepang harus bertarung dengan dua atlet, setelah Atsuko Yamashita mengalami kecelakaan patah tulang tangan usai babak pertama. 
   
Namun, Jepang berhasil menampilkan performanya. Mengumpulkan nilai 4.851 dan harus puas dengan perak, menang tipis dari putri Korea yang memperoleh nilai 4.924. 
   
"Di hari pertama salah atau atlet kami mengalami cidera setelah gagal mendarat, kami berjuang dengan dua atlet dan menang tipis dari Korea," kata Yoshiki Oka.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2018