Palembang (ANTARA News) - Sejumlah atlet skateboard Indonesia membela atlet Malaysia, Fatin Syahirah Roszizi, yang kalah di final cabang olahraga skateboard Asian Games 2018, dan menjadi korban perundungan warganet di negaranya.
ANTARA dari Palembang, Kamis malam, melaporkan, atlet skateboard Indonesia, di antaranya Pevi Putra dan Bunga Cinta, langsung angkat suara sebagai bentuk solidaritas.
Aksi dukungan itu merupakan buntut perundungan bertubi-tubi kepada Fatin setelah atlet berusia 16 tahun itu gagal di final nomor street (jalanan) Asian Games 2018, di Kota Olahraga Jakabaring, Palembang, pada 29 Agustus lalu.
Pada partai final, remaja berhijab itu berada pada peringkat delapan atau paling akhir dengan skor 5,4 poin. Sebaliknya, atlet skateboard Indonesia, Bunga meraih podium dan memenangkan medali perunggu.
Setelah perlombaan usai, warganet Malaysia mulai menghujani kolom komentar akun media sosial Instagram Fatin dengan kalimat bernada kecaman dan hinaan. Ada yang menghujat penampilan Fatin memalukan kontingen Malaysia di Asian Games 2018.
Selain itu, ada juga yang menuding Fatin hanya menghabiskan uang negara karena penampilannya di final sangat payah.
Perundungan itu diduga sangat berdampak pada Fatin, yang akhirnya memilih untuk menghapus semua unggahan di akun instagram @fatinsyahirahroszizi miliknya.
Baca juga: Bunga Nyimas, peraih medali termuda AG 2018
Menanggapi hal itu, Bunga menggalang dukungan untuk fatin dengan mengirimkan unggahan di Instagram dengan tagar #fightforfatin dan meminta pengikutnya untuk menyebarkannya. Dalam unggahan itu, Bunga menuliskan kata-kata penyemangat untuk Fatin sebagai saudara sesama atlet skateboard. Atlet 12 tahun itu menyemangati Fatin untuk tidak berhenti menjadi atlet skateboard.
Dukungan untuk Fatin juga disampaikan Pevi, peraih perunggu skateboard Asian Games 2018, yang meminta agar para warganet tidak merasa maha benar dan suci yang hanya melihat hasil akhir suatu pertandingan.
Atlet skateboard veteran asal Bandung ini meminta agar setiap orang untuk menghargai perjuangan atlet mulai dari pemusatan latihan karena harus meninggalkan keluarga, sekolah hingga pekerjaan.
“Apalagi seperti Fatin yang baru berusia 16 tahun. Kasihan sekali untuk mentalnya. Harusnya didukung, bukan dicerca,” kata Pevi dalam pernyataan resminya.
Setiap atlet tentu ingin meraih medali emas, tapi semua proses berjalan ada yang sesuai target dan ada yang gagal. Ia menyontohkan nasib atlet Indonesia, Sanggoe Putra, yang akhirnya hanya meraih medali perak karena selisih poin yang sangat tipis.
“Ya itu bukan maunya Sanggoe. Dia mencoba trik yang lebih baik untuk meraih emas dengan hasil terbaik. Tapi kalau jalannya justru gagal, ya apa boleh buat. Atlet sudah berusaha. Hargailah keringat dan jerih patah atlet. Kita juga manusia,” katanya.
Bunga menambahkan, banyak atlet skateboard dari luar negeri yang akhirnya juga ikut bersuara membela Fatin, salah satunya adalah Sophie Leonarno, atlet skateboard asal Australia.
Ia mengatakan Fatin akhirnya merasa terbantu dengan dukungan moral dari atlet skateboard Indonesia. Fatin mengucapkan terima kasih lewat pesan pribadi ke akun Instagram Bunga Nyimas.
“Terima kasih Bunga, terima kasih juga kepada warga Indonesia. Sayang kalian. Fatin akan try untuk improve for future,” kata Bunga, menirukan pesan Fatin kepada dia.
Baca juga: Sanggoe sumbang medali perak nomor street putra skateboard
Baca juga: Indonesia tambah dua medali Asian Games 2018 dari cabang skateboard
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2018