Bogor (ANTARA News) - Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Bogor, Wawan Haikal menyebutkan keberadaan arena Paralayang yang digunakan untuk Asian Games 2018 memberikan dampak positif bagi sosial ekonomi warga setempat. 
   
"Khusus warga Kampung Pesiunan, dengan adanya kegiatan Asian Games ini merasakan dampaknya, mulai dari jasa ojeg, angkutan dan warga bisa berjualan," kata Wawan saat ditemui, di arena Paralayang, Gunung Mas Puncak, Kabulaten Bogor, Jawa Barat, Jumat. 
   
Puncak ditunjuk oleh Panitia Penyelenggara Asian Games ke-18 yakni INASGOC sebagai arena cabang olahraga Paralayang yang diikuti sekitar 112 atlet dari 18 negara. 
   
Pemerintah Kabupaten Bogor didukung oleh DPRD melakukan renovasi arena Paralayang Gunung Mas Puncak, dengan menganggarkan dana kurang lebih Rp10 miliar. 
     
"Anggaran tersebut dialokasikan untuk memperbaiki arena Paralayang dengan membangun sejumlah fasilitas, seperti di lokasi take off ada gedung serba guna, dan landasaan yang diperbaharu. Dan di landing juga dibangunan mushola, gedung pertemuan, serta memperluas area landing," katanya. 
   
Ia menyebutkan, Pemkab Bogor bekerja sama dengan PTPN VII sebagai pemilik lahan untuk mengelola luas arena Paralayang yakni ada 2,8 hektare yakni 8.000 ada di area take off dan dua hektare di pendaratan atau landing. 
   
"Pengelolaan penuh arena Paralayang ada di Pemkab Bogor melalui Dinas Pariwisata. Untuk pengelolanya oleh PGPI Kabupaten Bogor," katanya. 
     
Ia mengatakan, suatu kebanggan bagi warga Bogor dipercaya sebagai arena Paralayang untuk Asian Games. Keberadaan arena ini telah membawa dampak positif bagi masyarakat. 
   
Hampir setiap hari ada wisatawan yang datang untuk melakukan tandem atau terbang dengan pilot berlisensi. Satu orang dibandrol Rp 550 ribu. 
   
Tidak hanya itu, arena Paralayang Puncak juga menjadi sekolah penerbangan bagi pilot-pilot junior dengan biaya Rp 7 sampai 8 juta langsung mendapatkan lisensi. 
   
"Kebanyakan wisatawan yang datang dari Timur Tengah," kata Haikal yang juga Ketua PGPI Kabupaten Bogor.
   
Kehadiran arena Paralayang, lanjutnya, juga melahirkan atlet-atlet paralayang dari Kampung Pensiunan. Seperti Dede Misbah, Dede Supratman, Aris Apriansyah, Iyus Partama, dan Munir yang kini melatih tim Nasional Thailand. 
   
Tidak hanya Asian Games, arena Paralayanh Gunung Mas juga dipercaya sebagai arena SEA Games 2011 dan kejuaraan dunia WPAC tahun 2015 yang melahirkan Dede Supratman sebagai juara dunia. 
   
Wawan menyakini, sebagian besar atlet Paralayang yang ada di Indonesia berasal dari Kampung Pensiunan Bogor. 
   
"Total ada 30 atlet paralayang dan gatole yang terdaftar di PGPI Kabupaten Bogor," katanya. 
   
Wawan menambahkan, dampak yang dirasakan masyarakat tidak hanya dari sisi ekonomi tapi juga sosial. Kehadiran arena Paralayang di Gunung Mas Puncak, mencegah kenakalan di kalangan remaja. 
   
"Khusus di generasi milenial saat ini, dengan adanya paralayang, anak-anak sekitar sini terhindari dari narkoba, mereka lebih terbuka wawasannya melakukan hal-hal yang positif di paralayang," katanya. 
   
Ia mencontohkan, Iyus Pratama, atlet Gotole yang meraih emas di Porda Bekasi 2017 menjadi pegawai di Pemkab Bogor karena prestasi yang ditorehnya. 
   
"Sekarang Iyus tersebut punya penghasilan rata-rata empat juta perbulan dari gajinya sebagai pegawai, yang didapatkannya karena prestasi. Pemkab Bogor selalu mendukung para atlet berprestasi," kata Wawan.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2018