Palembang (ANTARA News) - Kemegahan gedung pertandingan olahraga boling di Jakabaring Sport City Palembang, Sumatera Selatan, tak terbantahkan lagi. Pembangunannya yang juga mendapatkan pendampingan dari federasi boling dunia menjadikan sarana olahraga itu sangat refresentatif dan berstandar internasional.

Gedung itu dibangun dua perusahaan besar, APP Sinar Mas dan PT Pertamina (Persero). Keduanya berkolaborasi menghadirkan gedung dan fasilitas pertandingan yang memiliki kualitas dan berstandar dunia. Bercat merah dan silver, gedung boling itu tampak megah terlihat di bagian sudut kawasan itu,  berseberangan dengan Gedung  Bank Sumsel Bangka Belitung yang menjulang di tepian Jalan H Bastari, Palembang.

Gedung itu pula menjadi saksi sejarah persaingan atlet-atlet boling terbaik Asia memperebutkan supremasi tertinggi, medali emas, perak dan perunggu,  pada ajang Asian Games 2018.  Korea Selatan, Malaysia, dan Jepang, menjadi negara yang sukses meraih medali emas, masing-masing dua emas.

Korea Selatan menjadi juara  umum dengan dua medali emas, dua perak dan dua perunggu. Tim Negeri Jiran Malaysia di peringkat kedua dengan dua emas dan dua perak, sedangkan tim "Matahari Terbit" Jepang merebut dua medali emas.  Medali perak dan perunggu lainnya menjadi bagian Chinese Taipei, Hongkong dan Singapura.

Sedangkan tuan rumah Indonesia yang dimotori atlet Ryan Leonard Lalisang di bagian putra dan Tannya Roumimper pada bagian putri belum mampu menembus zona medali pada pertandingan bola gelinding itu. Padahal pada ajang itu tim boling Indonesia menargetkan dua medali emas, namun bidikan pada nomor beregu tiga (trio) putra dan putri gagal direalisasikan. 

Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menpora Imam Nahrawi  juga sempat meninjau dan memberikan dukungan langsung saat atlet yang tengah bertanding.

Medali emas nomor trio putra menjadi milik Malaysia dan trio putra jatuh ke tangan regu Jepang. Hal sama juga untuk beregu enam (six) putra dan putri juga gagal berbuah medali. Meski demikian secara all event atau keseluruhan dari dua nomor itu Ryan Lalisang dan Nadia Pramanik mencatat nilai tertinggi. Sayangnya pada Asian Games 2018 tidak ada nomor untuk all event.

"Banyak hal yang terjadi saat pertandingan dan berpengaruh para performance. Kami memang latihan lebih lama dengan harapan bisa mendapat keuntungan,  namun pada saat pertandingan nuansanya berbeda. Untuk nomor trio putra dan putri, sebenarnya tim Indonesia nyaris menembus zona medali," kata manajer tim boling Indonesia, Ronny Mandagi.

Selain itu, peta kekuatan negara unggulan juga terjadi perubahan. Salah satunya muncul atlet-atlet muda yang sebelumnya tidak diprediksi bisa melakukan lompatan prestasi. Sebut saja tim trio Jepang yang meraih emas putra yang mencatat nilai tertnggi 4344 terdiri dari atlet muda  yang sebelumya tak terprediksi Tomoyuki Sasaki, Shusaku Asato, dan Shogo Wada.

Peta persaingan memang masih belum berubah di antara Korea Selatan, Malaysia, Chinese Taipei, dan Jepang. 

"Mereka sebenarnya sudah sering bertemu dalam turnamen internasional, tapi di Asian Games 2018 ini kan nuansanya lain," kata Mandagi.

Pada trio putra yang bermaterikan atlet Ryan Lalisang, Hardi Rachmadian, dan Billu M Islam, tim Indonesia berada di peringkat keempat di bawah tim negeri jiran Malaysia dan Singapura yang berbagi perak dan perunggu.

Di trio putri, Indonesia yang diperkuat Aldila Indryati, Tannya Roumimper, dan Nadia Nurmalina, terpuruk di peringkat delapan.  Sedangkan untuk nomor  pertandingan beregu enam (six) putra tim putra dan putri tuan rumah harus berakhis di peringkat kelima. Hasil kurang maksimal juga pada master putra dan putri, yang mana andalan Indonesia harus terpaut jauh dengan zona medali.

"Hasil dari Asian Games 2018 ini jelas akan menjadi bahan evaluasi kami bersama pengurus besar boling. Tentunya mungkin ada kendala yang harus dievaluasi dan diperbaiki untuk ajang berikutnya, salah satunya SEA Games," katanya.

Hasil itu juga akan menjadi pembahasan untuk disinkronkan dengan program pembinaan dan pelatihan ke depan baik untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

Pada Asian Games 2018 ini, tim Indonesia sebenarnya telah mendapat suntikan motivasi dengan hadirnya pelatih asal Amerika Serikat, Tommy Jones, yang berkolaborasi dengan pelatih nasional Thomas Tan. Namun belum cukup pula untuk mendobrak kekuatan Asia di ajang itu.

"Yang jelas para atlet telah berupaya maksimal, meski hasilnya memang jauh dari yang kita harapkan. Tentu akan menjadi bahan evaluasi," katanya.

Salah satu yang mencolok adalah performance pada game-game awal pertandingan yang kerap kurang lepas sehingga membuahkan lemparan yang kurang maksimal. "Ya kita akui ada lambat start dari beberapa atlet kita, juga ada penurunan average dari rata-rata pin saat latihan," kata Mandagi.

Hal senada juga diungkapkan pelatih, Thomas Tan, yang menyebutkan persaingan cukup ketat selama empat hari pertandingan cabang olahraga itu. Menurut dia apa yang diraih dalam latihan  tidak mampu mendobrak pesaing dalam pertandingan yang sesugguhnya.

Meski demikian untuk beregu putra dan putri sebenarnya peluang Indonesia menembus zona medali sempat terbuka, karena hanya terpaut belasan pin saja dari peraih medali perunggu atau peringkat ketiga.

"Tentunya ini catatan bagi kami semua untuk mempersiapkan tim lebih baik lagi ke depan. Jelas hasil ini memberikan pelajaran berharga bagi kita ke depan.," kata Tan.

Salah seorang atlet, Nurmalina menyebutkan, dia telah berupaya bermain lepas namun ia mengakui lawan-lawannya memiliki kemampuan dan matang di berbagai kejuaraan. Terlebih kondisinya jauh  berbeda saat bertanding pada ajang Asian Games yang mengusung nama besar negara masing-masing.

"Kita sudah saling tahu, namun di boling  semuanya bisa berubah dengan cepat saat bertanding. Saya akui atlet-atlet dari Korea, Malaysia dan Chinese Taipe tampil cukup konsisten dan memang memiliki pengalaman bertanding yang mumpuni. Kami juga sudah berusaha maksimal namun belum bisa meraih hasil yang diharapkan," kata Nurmalina, yang sempat menempati peringkat kedua all event yang menentukan langkahnya tampil di master putri.

Kendati boling gagal menghadirkan medali, namun memiliki investasi untuk prestasi masa depan berupa gedung boling yang refresentatif dan berstandar internasional. Catatan dan hasil yang diraih tim Indonesia pada Asian Games 2018  tidak boleh dilupakan begitu saja, karena sudah menjadi bagian perjalanan dan perjuangan cabang itu yang menjadi salah satu data  penting untuk evaluasi dan perbaikan ke depan. 

Hadirnya Gedung Pusat Boling Jakabaring (JBC) yang di bangun di atas lahan 2,5 Hektare dengan  40 lintasan boling  yang  dilengkapi fasilitas mesin AMF  merupakan  komitmen dukungan untuk cabang olahraga itu. Bisa dikatakan arena ini menjadi yang terbaik di Asia saat ini.  

Hal itu disampaikan oleh delegasi teknis cabang boling, Mike Seymor, yang menyebukan gedung dan fasilitas boling di Kota Olahraga Jakabaring (Jakabaring Sport City) itu merupakan yang terbaik di Asia dan harus menjadi pemicu prestasi atlet boling di Indonesia.

"Ini salah satu fasilitas boling terbaik di Asia, saya berani katakan itu. Satu keuntungan untuk prestasi boling Indonesia," kata Seymor.

Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2018