Tuan rumah meraih emas terakhir dari nomor quadran putra setelah mengalahkan Jepang dengan skor 2-1 pada pertandingan final di Ranau Hall Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu.
Sempat kalah 15-21 pada set pertama, Nofrizal dan kawan-kawan berhasil memenangi dua set berikutnya 21-14 dan 21-16 untuk memastikan emas terakhir bagi kontingen Merah Putih. Sukses emas itu disambut meriah suporter yang memadati arena pertandingan, sementara pemain, pelatih dan ofisial saling berangkulan tak kuasa menahan haru.
Dengan kemenangan ini, secara keseluruhan Indonesia meraih satu emas, satu perak dan dua perunggu dari sepak takraw di Asian Games 2018. Medali emas ini juga sekaligus yang pertama diraih Indonesia sepanjang sepak takraw dimainkan di pesta olahraga terbesar se-Asia.
Thailand masih mendominasi cabang olahraga ini dengan menyabet empat medali emas dari enam nomor yang dipertandingkan, sementara Indonesia dan Malaysia sama-sama mendapat sebiji emas.
Baca juga: Tumbangkan Jepang, Indonesia rebut medali emas sepak takraw
"Alhamdulillah, sepak takraw akhirnya bisa menyumbangkan medali emas," tutur pelatih timnas sepak takraw Asry Syam, usai pertandingan.
Menurut ia, kekuatan mental tanding menjadi faktor penentu kemenangan anak asuhnya pada laga final. "Faktor mental itu sangat penting dan Jepang sudah paham kalau faktor ini jadi kelemahan anak-anak," tambahnya.
Kontingen Indonesia hingga satu hari jelang penutupan mengumpulkan 31 medali emas, 24 perak dan 43 perunggu, dengan menempati peringkat ke-4. Selain emas, duta olahraga Indonesia juga menambah satu medali perak dari kano tunggal putri dan tiga perunggu masing-masing dua melalui bridge nomor pasangan serta satu lainnya dari soft tenis beregu putra.
Manajer tim bridge Indonesia Eka Wahyu Kasih menyampaikan permohonan maaf atas kegagalan merealisasikan medali emas dan menyatakan bertanggung jawab penuh atas kegagalan itu.
"Indonesia hanya dapat total empat perunggu dari target dua emas, saya mohon maaf kepada pemerintah, KONI, INASGOC, dan seluruh masyarakat Indonesia," kata Eka Wahyu, yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Gabungan Bridge Seluruh Indonesia itu.
Ia menimpali, "Saya yang paling bertanggung jawab dan saya tidak mau mencari alasan. Seluruh atlet dan pelatih sudah bekerja keras, termasuk melakukan uji coba ke luar negeri untuk persiapan."
China "Haus" Emas
Sementara kontingen China yang sudah memastikan gelar juara umum ke-10 kalinya secara beruntun sejak Asian Games 1982 masih tetap "haus" emas. Atlet-atlet Negeri Tirai Bambu menambah lagi 13 keping emas dari total 44 keping yang disediakan hari ini.
Medali emas itu antara lain dari tenis meja, bola voli putri, loncat indah, kano/kayak sprint, bola basket putra dan putri, dan bridge.
Di tenis meja, atlet-atlet berkelas dunia China terlalu tangguh bagi lawan-lawannya dan menyapu bersih lima emas yang disediakan, termasuk dua emas terakhir dari tunggal putra dan putri.
Peloncat indah China juga menambah dua emas di hari terakhir perlombaan untuk melengkapi delapan emas yang sudah direbut atau sapu bersih 10 nomor di cabang loncat indah putra dan putri.
Begitu pula di basket, tim putra dan putri China sangat perkasa untuk menyandingkan medali emas. Tim putrinya mengalahkan Korea Bersama dengan skor 71-65, sedangkan putranya menghentikan ambisi Iran dengan kemenangan 84-72.
Dari cabang bola voli putra yang berlangsung di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, juara bertahan Iran tidak memberi ampun kepada Korea Selatan dan membungkam lawannya itu dengan skor telak 3-0 (25-17, 25-22, 25-21). Medali emas sektor putri menjadi milik China.
Laga final seru dan menarik terjadi di Stadion Pakansari Cibinong, Bogor, saat Korea Selatan sebagai pemegang medali emas Asian Games 2014 bertemu Jepang.
Dalam pertandingan yang harus diselesaikan dengan perpanjangan waktu itu, Heung Min Son dan kawan-kawan akhirnya berhasil mempertahankan medali emasnya dengan kemenangan tipis 2-1. Dua gol dari Lee Seungwoo dan Hwang Hee Chan pada 15 menit pertama perpanjangan waktu, hanya bisa dibalas sebiji gol oleh Jepang lewat Ayase Ueda ketika laga tersisa lima menit.
Medali emas dari cabang olahraga bergengsi sepak bola ini agaknya bisa mengobati kekecewaan Korsel yang pada Asian Games kali ini posisinya digusur Jepang. Empat tahun lalu di rumahnya sendiri, kontingen Korsel finis di peringkat kedua dengan 79 emas, 71 perak dan 84 perunggu, lebih baik dari Jepang di urutan ketiga dengan 47 emas, 76 perak dan 77 perunggu.
Namun, empat tahun kemudian di Indonesia, kontingen Jepang mengambil kembali posisi "runner up"-nya. Hingga Sabtu malam, sebanyak 73 emas, 55 perak dan 74 perunggu direbut atlet-atlet Negeri Sakura, jauh lebih baik dari Korsel yang mendapatkan 48 emas, 57 perak dan 68 perunggu.
Loncatan prestasi dicapai kontingen Uzbekistan yang mampu menembus posisi lima besar dengan 21 emas, 24 perak dan 25 perunggu. Padahal empat tahun lalu, Uzbekistan hanya berada di urutan ke-11 dengan raihan 9 emas, 14 perak dan 21 perunggu.
Sumbangan emas terbanyak berasal dari cabang beladiri kurash dengan enam keping dan tinju lima keping. Cabang olahraga yang menyumbangkan emas antara lain gulat, angkat besi, sambo, dayung, judo, taekwondo, dan kano.
Berikut peringkat 20 besar perolehan medali hingga hari ke-14:
1. China 132 91 65
2. Jepang 74 56 74
3. Korea Selatan 49 57 70
4. Indonesia 31 24 43
5. Uzbekistan 21 24 25
6. Iran 20 20 22
7. Chinese Taipei 17 19 31
8. India 15 24 30
9. Kazakhstan 15 17 44
10. Korea Utara 12 12 13
11. Bahrain 12 7 7
12. Thailand 11 16 46
13. Hong Kong 8 18 19
14. Malaysia 7 13 16
15. Qatar 6 4 3
16. Mongolia 5 9 11
17. Vietnam 4 16 18
18. Singapura 4 4 14
19. Filipina 4 2 15
20. Uni Emirat Arab 3 6 5 ***4***
Pewarta: Didik Kusbiantoro
Editor: Teguh Handoko
COPYRIGHT © ANTARA 2018