Makassar (ANTARA News) - Provinsi Sulawesi Selatan merupakan daerah yang tergolong kontinu menyumbangkan atlet terbaiknya bagi timnas Indonesia di berbagai kejuaraan internasional, baik itu SEA Games maupun Asian Games.

Tradisi sebagai penyumbang atlet juga terus mampu dijaga oleh daerah yang kini dipimpin Prof Nurdin Abdullah tersebut. Bahkan yang terbaru, yakni kontribusi Sulsel mengirimkan 17 atlet untuk memperkuat tim Merah Putih pada Asian Games di Jakarta dan Palembang, Sumatera Selatan, 17 Agustus hingga 2 September 2018.

Namun, dalam beberapa pelaksanaan kejuaraan internasional, atlet yang mendapat kepercayaan bergabung dalam timnas pada umumnya atlet yang sudah lama atau berstatus senior.

Sebut saja Anwar Tarra (dayung), Nofrizal (sepak takraw), ataupun beberapa nama yang kini sudah begitu senior, seperti Faisal Zainuddin (karate), Hendro Salim (karate), Fidelys Lolobua (karate), Isnawati Sir Idar (anggar), Muhammad Haerullah (anggar) yang dalam beberapa kejuaraan internasional selalu mendapat kepercayaan.

Dengan usia yang tidak muda lagi memaksa mereka harus menerima kodrat manusia. Pada saatnya mereka juga harus pensiun sebagai atlet atau paling tidak bisa membagikan pengalamannya dengan menjadi pelatih.

Kondisi itu tentu menjadi ancaman dan bahkan sudah cukup dirasakan oleh Sulsel saat berlaga di ajang kejurnas, termasuk pada pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON).

Dominasi Sulsel di beberapa cabang sebelumnya, seperti anggar, dayung, karate ataupun selancar angin, kini telah mengalami penurunan dan berdampak pada prestasi Sulsel di ajang nasional. Ini tentu menjadi catatan tersendiri dalam menyambut Hari Olahraga Nasional (Haornas) 9 September 2018.

Hal itu juga sekaligus menjadi perhatian Provinsi Sulawesi Selatan dengan berupaya memperbanyak dan mengintensifkan pelaksanaan kejuaraan usia muda, termasuk dengan menggelar kejuaraan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) dan Pekan Paralimpik Pelajar Daerah (Peparpeda) yang tahun ini dipusatkan di GOR Sudiang Makassar, 4-8 September.

Untuk kegiatan ini diikuti 24 kabupaten/kota di Sulsel. Sebanyak 932 peserta yang hadir terdiri dari atlet Popda (714 orang), pelatih dan ofisial Popda (158 orang), atlet Peparpeda (48 orang) bersama 12 orang pelatih.

Seluruh atlet akan berlaga di sejumlah cabang olahraga, seperti untuk Popda sebanyak lima cabang, masing-masing bola voli, bola basket, sepak takraw, tinju dan judo.

Sementara untuk Peparpeda juga mempertandingkan lima cabang olahraga, yakni atletik, renang, bulu tangkis, tenis meja dan catur.

"Tujuan dari pelaksanaan ini tentunya sebagai wadah untuk memupuk dan menggali aset dan potensi atlet dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan," kata ketua panitia yang juga Kepala Bidang Pembudayaan Olahraga Dispora Sulsel Sabaruddin.

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Sulsel Sri Endang mengatakan pemerintah berharap dengan kejuaraan itu dapat melahirkan banyak atlet potensial dari daerah agar dapat memperkuat Sulsel di ajang nasional hingga internasional kedepan.

Untuk itu, pihaknya sejak awal meminta setiap daerah untuk melibatkan atlet terbaik mereka untuk bersaing di Popda dan Peparpeda 2018. Apalagi ajang ini untuk menyeleksi atlet yang bisa memperkuat Sulsel di Popwil dan Popnas.

"Kami berupaya melahirkan lebih banyak atlet muda potensial yang bisa mengharumkan daerah di ajang nasional hingga internasional kedepan," ujarnya.


Batasi Usia

Sementara Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulawesi Selatan memberikan batasan usia atlet yang akan berlaga di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sulsel di Kabupaten Pinrang, 23-30 September 2018.

Adapun tujuan pembatasan usia atlet, tentu saja untuk memberikan kesempatan lebih luas bagi atlet muda dari 24 kabupaten/kota di Sulsel untuk menunjukkan potensi yang dimiliki.

"Jadi untuk Porprov Sulsel, kami sengaja memberikan batas usia maksimal 23 tahun untuk seluruh atlet," kata Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi KONI Sulsel Abraham Razak.

Selain pembatasan usia maksimal, KONI Sulsel juga memberikan syarat bahwa atlet yang berlaga di Porda itu merupakan atlet baru. Artinya atlet yang belum pernah memperkuat Sulsel di ajang nasional, seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) serta kejuaraan internasional.

Keputusan itu diharapkan membuat atlet lebih semangat untuk meningkatkan kualitas mereka di daerah masing-masing, sebab mengetahui jika lawan yang akan dihadapi bukan atlet yang sudah punya nama.

Dengan kekuatan yang lebih merata, diharapkan membuat persaingan atlet semakin terbuka. Atlet juga akan berupaya lebih keras lagi untuk saling mengalahkan demi bergabung dalam tim Sulsel ke depan.

Begitupun dengan KONI Sulsel yang berharap dengan kebijakan aturan ini dapat melahirkan semakin banyak atlet baru yang bisa direkomendasikan memperkuat tim Sulsel menghadapi berbagai ajang kedepan.


Inspirasi Atlet

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan berharap pencapaian atlet di Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang dapat menjadi inspirasi bagi atlet muda di daerah itu untuk terus meningkatkan kemampuannya.

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sri Endang Sukarsih mengatakan jumlah atlet Sulsel yang berlaga di Asian Games 2018 itu sebanyak 17 orang dan sebagian besarnya mampu merebut medali di sejumlah cabang olahraga.

"Kami hanya mengirim sebanyak 17 orang atlet dan di antaranya sukses menyumbangkan medali, termasuk emas. Tentu kami harapkan bisa membuat atlet kita lebih termotivasi (ikut jejak senior)," katanya.

Daftar atlet Sulsel yang mampu menyumbangkan medali bagi timnas Indonesia di Asian Games 2018 yakni:

1.  Muh Hardiansyah Muliang yakni 1 emas, 1 perak, 2 perunggu (sepak takraw)

2.  Nofrisal yakni 1 emas, 1 perak , 2 perunggu (sepak takraw)

3.  Anwar Tarra yakni 1 perak, 1 perunggu (Kano/Kayak Sprint)

4.  Syahrul Saputra yakni 1 perak, 1 perunggu (Kano/Kayak Sprint)

5.  Sulfianto yakni ? perak (rowing dayung)

6.  Andi Tri Sandi Saputra yakni 1 perunggu (sepak takraw).

7.  Kusnelia yakni perunggu dari sepak takraw.

Baca juga: Nofrizal akan disambut di Pesisir Selatan
Baca juga: Perjuangan sepak takraw mengukir sejarah di Asian Games

 

Pewarta:
Editor: Arief Mujayatno
COPYRIGHT © ANTARA 2018