Tarian tersebut terinspirasi dari Bunga Wijaya Kusuma, bunga yang hanya mekar di malam hari dan harum mewangi.
Bagi Keraton Yogyakarta dan Surakarta, bunga ini memiliki arti khusus. Dalam bahasa Sansekerta, Wijaya artinya "Kemenangan" dan bunga ini dipercaya membawa berkah bagi para Raja.
Bunga yang mekar saat bulan bercahaya dihadirkan dengan indah melalui tarian Julius Jun Obero, seorang penari yang menggunakan kursi roda, lalu diikuti Penari Rhea Marquez.
Keduanya dikelilingi Bunga Kemenangan yang diproyeksikan laser da mengikuti pergerakan mereka. Mereka melakukan Pas Des Deux bersamaan dengan mekarnya bunga di layar
Tarian harmonis ini melambangkan kemenangan, seperti bunga yang mekar di layar. Kemenangan yang datang dari persatuan harmonis dari masyarakat yang bertoleransi dan menerima satu sama lain, meski berbeda.
Penari duet dari Fiipina, Julius Jun Obero dan Rhea Marquez adalah saksi hidup bahwa seni tak mengenal disabilitas. Duo ini sudah meraih berbagai kejuaraan tari internasional dengan penampilan mereka yang memukau dan memenangkan banyak medali emas.
Baca juga: Puan Maharani didaulat membawa bendera Merah Putih
Baca juga: APG momen bangkitkan semangat disabilitas
Baca juga: Asian Para Games dibuka dengan simbol penghormatan bagi komunitas disabilitas
Pewarta: Monalisa
Editor: Dadan Ramdani
COPYRIGHT © ANTARA 2018