Bogor (ANTARA News) - Pebalap Indonesia Muhammad Fadli Immanuddin sukses mempersembahkan medali perak para-balap sepeda nomor C4 individual time trial pada Asian Para Games 2018 di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin.

Perjuangan mantan pebalap motor untuk meraih hasil ini terbilang cukup istimewa karena kejuaraan empat tahunan ini adalah yang pertama diikutinya. Apalagi didapat dihadapan keluarga besarnya yang selama ini memberi dukungan.

"Ini sudah sesuai target saya. Catatan waktu saya juga lebih bagus bandingkan dengan latihan. Inilah kemampuan saat ini. Jika masih kurang nanti diperbaiki," kata Muhammad Fadli usai balapan.

Pada balapan nomor C4 individual time trial (ITT) ini, Fadli mampu membukukan catatan waktu 28 menit 21,835 detik untuk menempuh jarak 20 km yang terbagi dalam lima putaran. Dengan hasil tersebut pebalap asal Bogor itu harus puas dengan medali perak dan merupakan medali pertama dari para-balap sepeda.

Untuk medali emas direbut oleh pebalap China, Wei Gouping dengan catatan waktu 27 menit 57,640 detik. Sedangkan medali perunggu direbut pebalap Malaysia yang selama ini menjadi rival Fadli yaitu Mohd Najib Turano dengan catatan waktu 29 menit 57,243 detik.

"Nomor ITT adalah melawan diri sendiri. Makanya dilepas satu-satu. Yang jelas saya tadi tidak mengalami kendala. Memang seperti itu kemampuan saya saat ini," katanya dengan tersenyum.

Hasil yang diraih, kata Fadli tidak lepas dari dukungan keluarga, pelatih, rekan-rekan satu tim, federasi hingga sponsor. Tidak lupa Sirkuit Sentul yang memberikan kebebasan untuk berlatih.

"Aspal baru sangat berpengaruh dari hasil ini. Kami ucapkan terima kasih untuk semuanya," kata pria yang juga instruktur balap motor itu.

Medali perak yang diraih, kata Fadli akan dijadikan modal untuk meraih hasil terbaik pada tiga nomor lainnya yaitu individual road race serta dua nomor track yaitu tim sprint dan 4 km pursuit.

Baca juga: Indonesia raih emas kedua cabang para-atletik
Baca juga: Suparniyati : Medali emas ini untuk ibu

Pewarta:
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2018