Jakarta (ANTARA News) - Takahiko Takeyama terengah-engah menundukkan badan dan memegangi lututnya di hadapan kotak tempat peralatan tandingnya di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa sore.

Namun di balik wajah lelahnya, atlet bulu tangkis penyandang disabilitas asal Jepang itu tampak sumringah, sebelum kemudian beranjak menyalami lawan tandingnya asal Hong Kong, Patrick Lee Yan Ping.

Wajar saja ia kelelahan, memainkan tiga gim beruntun dengan durasi hampir 30 menit bagi seorang pria berusia 61 tahun tentu bukan persoalan sepele.

Kendati demikian, kelelahan itu terbayar sempurna dengan kemenangan perdananya di Asian Para Games 2018 dengan skor 21-12, 20-22, 21-17.

Takeyama sebetulnya berkesempatan untuk menyudahi pertandingan lebih awal ketika unggul 20-18 di gim kedua, namun sempat kehilangan konsentrasi dan terkejar oleh Yan Ping bahkan hingga harus melanjutkan ke gim ketiga.

Beruntung, konsentrasi Takeyama bisa terjaga di gim ketiga dan memastikan kemenangan pertama dan satu-satunya yang ia raih dalam empat penampilan di Istora.

Baca juga: Sempat gantung raket, kini Dheva Anrimusthi penentu emas perdana Indonesia

Sebelumnya, Takeyama yang ikut turun membela Jepang dalam nomor beregu putra, gagal membawa negaranya ke babak selanjutnya setelah turun sebagai tunggal pertama dan kalah 7-21, 12-21 dari Suhas Lalinakere Yathiraj.

Di nomor perorangan Takeyama berada di Grup F kelas SL4, yakni atlet penyandang disabilitas yang memiliki kekurangan ringan pada tubuh bagian bawah, dan menelan kekalahan di dua pertandingan pertamanya.

Menghadapi atlet Chinese Taipei, Lin Cheng-Che, Takeyama kalah 11-21, 10-21, sementara melawan wakil India, Tarun, 14-21, 17-21.

Dua kekalahan tersebut memang sudah memastikan Takeyama tak akan lolos ke babak 16 besar, namun demikian bagi ia mengaku sangat puas dengan kemenangan yang diraihnya.

Baca juga: Fredy Setiawan takluk di tangan pebulu tangkis Thailand

"Hari ini pertandingan terakhir, saya maunya harus menang sebelum pulang ke Jepang dan syukurlah hasilnya positif. Saya puas bisa menang," kata Takeyama selepas pertandingan sembari tangan kanannya menempelkan kompres ke keningnya.

Kendati demikian, Takeyama menilai kemenangan tersebut membuka peluangnya untuk ikut ambil bagian dalam Paralimpiade Tokyo pada 2020 mendatang.

Saat diingatkan soal usianya, yang hampir genap berusia 63 tahun ketika pesta olahraga penyandang disabilitas nomor wahid dunia itu digelar, Takeyama dengan mantap menjawab siap.

"Tentu saja. Dua tahun lagi masih siap," ujarnya pendek.

Kenangan manis dari Istora

Kemenangan atas Yan Ping di laga pamungkasnya di Asian Para Games 2018 punya makna lain bagi Takeyama, yang mengaku sangat menggemari atlet-atlet bulu tangkis asal Indonesia.

Bahkan, ia menyebut Indonesia sebagai salah satu negara bulu tangkis favoritnya sejak masa ia remaja.

Nama-nama legenda bulu tangkis Indonesia seperti Rudi Hartono dan Liem Swie King lancar dilafalkan Takeyama yang berbicara didampingi salah satu manajer tim Jepang ketika melayani wawancara media selepas pertandingannya.
 
Atlet bulu tangkis penyandang disabilitas asal Jepang, Takahiko Takeyama (biru), ditemui usai menang menghadapi wakil Hong Kong, Patrick Lee Yan Ping, dalam pertandingan penyisihan Grup F tunggal putra SL4 Asian Para Games 2018 di Istora GBK, Senayan, Jakarta, Selasa (9/10/2018). (ANTARA News/Gilang Galiartha)

Bahkan, Takeyama mengaku bukan sekadar pernah menyaksikan langsung penampilan Rudi dan Liem, tapi ia juga mengoleksi rekaman pertandingan para bintang bulu tangkis Indonesia dan selalu menyaksikanya setiap menjelang tidur setiap malam.

"Setiap hari, tiap malam, menjelang tidur saya selalu menyaksikan rekaman pertandingan mereka. Sampai sekarang kasetnya sudah rusak," ujar Takeyama sembari berderai tawa.

Oleh karena itu, bisa menang di Istora tak ubahnya menjadi sebuah kado perpisahan dan kenangan yang begitu manis bagi Takeyama yang harus menyudahi perjuangannya di Asian Para Games 2018.

"Asian Para Games kali ini sangat berkesan buat saya. Bisa menang di arena kandang pemain-pemain favorit saya adalah sebuah kenangan yang sangat manis," tutupnya.

Baca juga: Atlet-atlet Asia Timur ganjal Indonesia di bulu tangkis

Baca juga: Bulu tangkis beregu putra persembahkan emas pertama Indonesia

Oleh Gilang Galiartha
Editor: Junaydi Suswanto
COPYRIGHT © ANTARA 2018