Evi meraih catatan waktu 14,98 detik mengungguli dua pelari putri Jepang Maekawa Kaede yang mencatat waktu 16,89 detik dan Tozawa Tomomi, 16,98 detik.
Perolehan medali itu menjadi penyeimbang kelemahan kaki kiri Evi yang menjadi kendala baik dalam latihan ataupun keseharian.
"Kendala keseimbangan itu yang pertama karena kaki saya satu lebih lemah. Saya harus menyesuaikan," kata atlet asal Boyolali Jawa Tengah itu.
Medali emas nomor lari 100 meter putri T42/T63 itu menjadi medali kedua atlet berusia 17 tahun itu setelah perolehan medali perak pada nomor lompat jauh putri T42-44/61-64 pada perlombaan Selasa (9/10).
"Sebenarnya target kemarin dua emas. Tapi, hasil satu ini saja sudah alhamdulillah. Saya memang ditargetkan emas pada 100 meter ini setelah melakukan persiapan sejak Januari," kata siswa kelas 12 sekolah menengah atas di Surakarta itu.
Evi mengaku sempat gugup ketika harus berlomba di Stadion Utama GBK. Namun, kepercayaan dirinya mampu menghalau perasaan gugup dan menang meskipun dikepung oleh dua para-atlet Jepang.
"Ini adalah penghargaan bagi saya. Ini pencapaian terbaik saya," ujar atlet yang bercita-cita mengikuti Paralimpiade Tokyo 2020 itu.
Baca juga: Evi sempat tak dizinkan jadi atlet
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Irwan Suhirwandi
COPYRIGHT © ANTARA 2018