Jakarta (ANTARA News) - Kemenangan yang diraih Debi Ariesta, peraih medali emas cabang olahraga catur kategori standar perorangan kelas VI-B1 (buta total) dan beregu putri di Asian Para Games 2018, menjadikan motivasi untuk terus menekuni catur. 

"Saya termotivasi sebenarnya, awalnya saya males main catur capek, bosen, malas mikirnya. Karena menang dapat hadiah jadi termotivasi," katanya sambil tertawa. 

Debi meraih medali emas setelah mengumpulkan 6,5 poin dari tujuh babak yang dipertandingkan di kategori standar perorangan dan beregu. Upacara pengalungan medali dilangsungkan di GOR Cempaka Putih Jakarta, Rabu. 

Awalnya Debi tidak menganggap catur secara serius, meski sudah mengenal olahraga tersebut sejak kelas lima sekolah dasar. 

Namun ia mulai serius menekuni catur sejak 2011 dan berhasil menang di Porda Banten. 

Setelah itu ia kerap mengikuti berbagai pertandingan dan berhasil meraih kemenangan sehingga semakin termotivasi untuk menekuni catur. 

Kemenangan yang diperoleh Debi di ajang olahraga bagi penyandang disabilitas di tingkat Asia itu dipersembahkan untuk keluarganya yang telah ditinggalkan selama berbulan-bulan untuk menjalankan pelatihan di Solo demi membela bangsa dan negara. 

"Saya senang banget emas ini untuk Indonesia. Juga untuk keluarga yang saya tinggalkan selama berbulan-bulan," ujar Debi. 

Meski telah meraih prestasi, perempuan berkerudung itu tetap bersahaja karena ia percaya kemenangan yang diperoleh berkat pertolongan Allah SWT. 

"Intinya doa. Usaha sudah, memasrahkan semuanya, Allah membantu. Karena nggak hebat-hebat amat," kata perempuan kelahiran 8 April 1987 itu.

Dari tujuh babak yang dilakoni dalam kategori catur standar, menurut Debi, pecatur Vietnam dan Iran merupakan lawan yang terberat. 

Debi membaca kekuatan lawan dimana Vietnam bermain pada posisi menunggu hingga lawan salah langkah sementara Iran bermain agresif dan berani. 

Catur dan Kehidupan 

Catur bagi Debi memberikan makna yang mendalam, bahkan catur bisa diterapkan dalam kehidupan.

Langkah-langkah dalam permainan catur kerap mengajarkan banyak hal bagi Debi terutama kesabaran dan kehati-hatian. 

"Karena catur harus hati-hati. Kalau kita tidak hati-hati, salah langkah, kita kalah. Dalam kehidupan kalau kita banyak salah, kita salah berbuat otomatis jadi berdosa," katanya. 

Selain itu, catur bermakna keteraturan dan disiplin. Kalau mau bertindak sesuatu, maka harus dipikirkan lebih dulu. 

 
Debi Ariesta (ketiga kanan), atlet catur Indonesia peraih medali emas kategori catur standar perorangan kelas VI-B1 di Asian Para Games 2018. Ia juga memenangkan emas untuk kategori standar beregu kelas VI-B1. (Desi Purnamawati)



Debi berhasil memenangkan enam dari tujuh babak serta sekali remis pada pertandingan kategori standar perorangan VI-B1.

Ia juga akan melaju di kategori catur cepat dan terus berupaya agar bisa kembali memenangkan medali untuk mengharumkan nama bangsa. 

Ia juga punya keinginan untuk bisa bertanding di kejuaraan tingkat internasional lainnya hingga Indonesian Raya bisa bergema.

Perhatian 

Debi sudah lama ingin menunaikan ibadah haji, karena itu jika bonus yang dijanjikan pemerintah bagi peraih medali di Asian Para Games 2018 cair ia akan ke Tanah Suci bersama keluarga.

"Saya mau naik haji bersama keluarga," kata Debi yang  menekuni catur secara profesional sejak Porda Banten 2011.

Selain untuk membiayai berangkat ke Tanah Suci, Debi juga berencana akan menginvestasikan bonus yang didapatnya dengan membangun kos-kosan agar uang yang didapat bisa kembali menghasilkan. 

Pemerintah menjanjikan bonus sebesar Rp1,5 miliar bagi  peraih emas perorangan, bagi peraih medali emas untuk pasangan/ganda sebesar Rp1 miliar per-orang, dan emas beregu Rp750 juta Rupiah per-orang. 

Peraih perak perorangan mendapatkan Rp500 juta, perak untuk ganda sebesar Rp400 juta per-orang, dan perak beregu Rp300 juta per-orang.

Untuk peraih perunggu perorangan mendapatkan Rp250 juta, perunggu ganda Rp200 juta per orang, dan peraih perunggu beregu sebesar Rp150 juta per orang.

Pemerintah juga akan memberikan bonus kepada pelatih dan asisten pelatih. Para pelatih perorangan/ganda mendapatkan Rp450 juta untuk emas, Rp150 juta untuk perak, dan Rp75 juta untuk perunggu.

Selain itu juga pemerintah menjanjikan peraih medali akan diangkat sebagai PNS. Bonus tersebut sama seperti yang didapat atlet peraih medali di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang. 

Secara jujur Debi mengakui motivasinya untuk terus berprestasi di catur selain mendapatkan bonus juga janji pemerintah untuk mengangkat atlet berprestasi menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). 

Menurut dia, perhatian pemerintah saat ini bagi para penyandang disabilitas sudah cukup baik sehingga membuat ia dan rekannya semakin bersemangat untuk terus berusaha. 

"Pemerintah alhamdulillah sudah ada kesetaraan, dari sisi bonus dan lainnya sudah setara saya bersyukur banget berterima kasih alhamdulillah sama pemerintah," tambah dia. 

Namun ia masih merasakan perbedaan perlakuan dari masyarakat kepada penyandang disabilitas yang menurutnya karena ketidaktahuan untuk bersikap.

"Masyarakat kadang-kadang masih asing, banyak yang awam tentang disabilitas," tambah Debi. 

Harapan Debi, agar masyarakat bisa menerima dan mengganggap disabilitas bukan hal yang aneh, bahkan penyandang disabilitas bisa berprestasi. 

Kemenangan yang ia peroleh menjadi motivasi bagi Debi untuk membuktikan kepada keluarga, bahwa ia yang tuna netra tapi tetap bisa berprestasi sampai ke tingkat Asia.
 

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2018