Jakarta (ANTARA News) - Indonesia bertumpu pada pasangan Ana Widyasari dan Lola Amalia pada nomor beregu kelas TT 11 (tuna grahita) tenis meja pada Asian Para Games 2018.

Pada nomor beregu yang dimulai pada Kamis, di Ecovention, Jakarta, tim Indonesia menurunkan tiga pasang yaitu di beregu putra kelas TT8, beregu putra kelas TT11 dan beregu putri TT11.

Menurut pelatih tim Indonesia Bayu Widhie Hapsara Putra tim beregu putri paling berpeluang mendapatkan perak setelah menang satu kali dalam dua pertandingan.

Pada nomor beregu kemenangan ditentukan dengan dua kali pertandingan atau lebih, pertama pertandingan beregu dilanjutkan dengan pertandingan tunggal.

Pada pertandingan pertama pukul 12.00 WIB Ana/Lola harus berhadapan dengan pasangan Ng Mui Wui/Wong Ka Man dari Hongkong.

Ana/Lola mengalami kekalahan dengan 2-0, pertandingan ganda berlangsung dalam lima gim dengan skor 11-3, 13-11, 12-14, 7-11, 11-5.

Kemudian pada pertandingan kedua berlangsung dalam empat gim, Ana Widyasari kalah saat berhadapan dengan Ng Mui Wui  dengan skor 12-10, 11-6, 7-11, 11-8.

Menurut Bayu pertandingan melawan Hongkong adalah penentuan apakah tim Indonesia bisa mendapatkan emas atau tidak.

Soalnya tim Hongkong menjadi penantang terkuat di dalam beregu putri kelas TT11.

"Permainan Ana sudah dapat dibaca lawan, sementara Lola masih kurang pengalaman karena masih muda," kata dia.

Dia pun menilai Ana masih kurang latihan kecepatan gerakan kaki agar lebih gesit.

"Dia perlu lebih banyak latihan kaki, seperti jogging, sprint agar kakinya lebih bagus. Kalau gerakan kakinya bagus otomatis permainannya juga akan lebih baik," kata dia.

Pada pertandingan kedua Ana/Lola berhadapan dengan pasangan Hazeyama Nanako dan Ono Yumi dari Jepang dengan skor 2-0.

Pertandingan ganda diselesaikan dalam lima set dengan skor 11-6, 11-7, 8-11, 8-11, 11-9. Kemudian pertandingan tunggal Ana berhadapan dengan Ono Yumi dengan skor 11-6, 11-9, 11-4. 

Lola yang berusia 17 tahun mengaku gugup saat berhadapan dengan Hongkong maupun Jepang, dia mengakui hal itu membuat permianannya kurang bagus.

"Mainnya kurang bagus," kata dia singkat.

Untuk menghadapi Macau pada Jumat (12/10) Lola mengaku harus lebih menyiapkan mentalnya agar tidak gugup saat bertanding.

Sementara itu Ana Widyasari mengaku lelah setelah melakukan pertandingan panjang melawan Hongkong dan Jepang.

Dia mengatakan lawan yang dia hadapi sangat kuat dan bagus terutama Hongkong.

Diapun berharap pada saat melawan Macau dapat kembali memetik kemenangan.

"Semangat untuk besok, cuma belum tahu (menang atau kalah)," kata dia.

Jika pasangan Ana/Lola berhasil menang atas Macau, maka duet Ana/Lola akan menempati posisi kedua.
 
Petenis meja Indonesia Widyasari Ana mengembalikan bola kepada petenis meja Hongkong Wong Ka Man dalam babak semi final tenis meja TT 11 tunggal putri Asian Para Games 2018 di Jakarta, Senin (8/10). Widyasari Ana melaju ke babak final tenis meja TT 11 setelah mengalahkan Wong Ka Man dengan skor 7-11, 11-7, 11-7, 8-11, dan 11-2. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.


Sementara pasangan lainnya dari beregu putra kelas TT11 Dwi Hajiyanto/Achmad Yusuf belum memperoleh kemenangan setelah melawan Jepang  (0-2) dan Korea (0-2).

Pelatih mereka Suwarno mengatakan lawan yang dihadapi mereka memang tangguh.

"Untuk kelas dunia China, Jepang dan Korea memang sering juara. Tetapi untuk taraf ASEAN Dwi dan Achmad saya rasa mereka yang terbaik," kata dia.

Begitu juga dengan tim kelas TT8 Leonardo Aritonang dan Enceng Mustopa yang kalah melawan China.

Baca juga: Pelatih: Ana Widyasari perlu mengubah gaya serangannya
Baca juga: Jendi Pangabean raih emas 100 meter gaya punggung
Baca juga: Oddie melenggang, Indonesia kuasai semifinal tunggal putra SU5

 

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2018