Air matanya tampak berlinang saat dia melakukan telepon video (video call) dengan keluarganya yang berada di Bandung, Jawa Barat.
"Ini untuk kalian. Ini untuk kalian," kata Jaenal usai bertanding.
Dukungan keluarga memang sangat penting bagi Jaenal. Apalagi, dia sempat gagal meraih medali di nomor 100 meter T54 dan 400 meter T54 ketika keluarganya menonton langsung di stadion.
"Mungkin waktu itu belum ada rezeki," tutur dia.
Sementara mengenai pencapaian medali peraknya, Jaenal mengaku tidak menargetkan itu sebelumnya.
Pasalnya, lawan-lawan Jaenal di nomor 200 meter T54 putra merupakan atlet-atlet dunia dari China. Saat dia merebut perak dengan catatan waktu 26,21 detik, dia diapit oleh dua atlet China yakni Zhang Yong yang mendapatkan perunggu dengan waktu 26,32 detik serta peraih medali emas Liu Yang dengan waktu 25,66 detik.
"Catatan waktu saya itu bukan yang terbaik. Torehan tercepat saya buat di turnamen Grand Prix Para-atletik Dunia di Beijing, China pada Mei 2018," kata Jaenal, yang dalam turnamen di Beijing tersebut sukses meraup medali emas.
Berikutnya, Jaenal Aripin menargetkan bertanding di Paralimpiade tahun 2020 di Tokyo. Namun sebelum ke sana, dia harus mengikuti beberapa turnamen tingkat dunia agar lolos kualifikasi. ***4***
Baca juga: Para-atletik tambah dua medali melalui Eko dan Nur Ferry
Baca juga: Semangat berlipat kontingen Indonesia untuk kejar medali
Baca juga: Evi sempat tak dizinkan jadi atlet
Baca juga: Karisma Evi Tiarani rebut emas lari 100 meter putri
Pewarta: Michael Teguh Adiputra Siahaan
Editor: Bayu Kuncahyo
COPYRIGHT © ANTARA 2018