Jakarta (ANTARA News) - Ketegangan menghadapi pertandingan sudah selesai, Sri Martono bisa bernapas lega, senyum pun kerap tersungging dibibirnya. 

Apalagi dengan raihan medali di cabang olahraga catur yang melampaui target awal empat emas, 11 emas mampu dipersembahkan timnas catur Indonesia. 

"Sudah selesai pertandingan, sudah plong," ujar Sri Martono yang tak lain adalah pelatih timnas catur Indonesia. 

Anak-anak didiknya berhasil mengumpulkan 11 emas, lima medali perak dan enam perunggu di ajang Asian Para Games 2018.

Hingga Jumat malam,  Indonesia menduduki posisi ke enam dengan perolehan 30 medali emas, 42 perak dan 45 perunggu. 

Torehan prestasi para atlet catur tersebut membuktikan bahwa olahraga yang dianggap membosankan dan hanya  sebatas permainan di masyarakat Indonesia itu mampu mengharumkan nama bangsa. 

Enam kali Indonesia Raya bergema di GOR Cempaka Putih Jakarta, tempat cabang catur dipertandingkan pada Rabu (10/10) saat timnas memenangkan enam medali emas di kategori catur cepat. 

Selain enam emas, Indonesia juga mengumpulkan tiga medali perak dan tiga perunggu. 

Bangga, tentu saja. Meski mereka punya kekurangan secara fisik tapi mereka bisa ikut berjuang mengharumkan nama bangsa di kancah Asia. 

Seperti deja vu, Indonesia Raya kembali mengiringi sang Merah Putih yang terarak tinggi ditengah-tengah bendera dua negara lainnya. 

Timnas catur kembali berhasil mempersembahkan lima medali emas, dua perak dan tiga perunggu di kategori catur cepat.

Suka Duka

Ada puas dan haru yang dirasakan Sri Martono, anak didiknya mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. 

Bukan hal mudah untuk bisa berprestasi seperti sekarang, semua proses yang dilalui akhirnya terbayar dengan kebanggaan. 

Selain melatih para atlet penyandang disabilitas, banyak hal yang dipelajari pria yang akrab disapa Tono itu dari pengalamannya mendampingi mereka sejak 2011.

Ia belajar tentang kesabaran dan lebih peduli serta saling menghormati. 

"Umumnya atlet rewel, tapi itu biasa. Kita harus mengerti dan sabar. Yang penting melatih dari hati," ujar Tono. 

Kebanggaan yang sama juga dirasakan sang manejer timnas catur, Heri Isranto, meski ia mengaku masih belum puas dengan capaian prestasi atlet. 

"Seharusnya bisa lebih banyak mendapat medali, session pertama di klasik, banyak yang gagal, terutama yang B3 (tuna daksa). Andaikata yang B3 bisa maksimal, itu kita Insya Allah.  Di catur cepat ini yang B3 nya tidak ada dapat emas," kata Heri. 

Namun ia harus tetap berupaya membangkitkan semangat para atlet agar bisa menampilkan aksi terbaik mereka di kejuaraan-kejuaraan catur selanjutnya.  

Harapan mereka tinggi agar  catur bisa dilombakan di event olimpiade para catur. 

Membumikan catur 

Tati Karhati peraih emas kategori catur cepat kelas VI-B1 (netra) perorangan dan beregu putri mengenal catur sejak kecil, tapi baru pada 2010 ia serius menekuni catur.

"Jujur saya ikut catur karena menang dan ada hadiahnya," kata ibu satu anak itu. 

Begitu pula dengan Debi Ariesta,  peraih emas di kategori catur standar kelas VI-B1 perorangan dan beregu putri yang awalnya hanya iseng bermain catur. 

"Saya termotivasi sebenarnya, awalnya saya males main catur capek, bosen, malas mikirnya. Karena menang dapat hadiah jadi termotivasi," katanya sambil tertawa. 

Awalnya Debi tidak menganggap catur secara serius, meski sudah mengenal olahraga tersebut sejak kelas lima sekolah dasar. 

Namun ia mulai serius menekuni catur sejak 2011 dan berhasil menang di Porda Banten. 

Setelah itu ia kerap mengikuti berbagai pertandingan dan berhasil meraih kemenangan sehingga semakin termotivasi untuk menekuni catur. 

Itulah catur, olahraga yang sering dianggap sebelah mata, hanya dilakoni untuk sekedar mengisi kekosongan waktu belaka. 

Padahal banyak manfaat yang diperoleh dari catur, selain bisa melatih daya ingat,  juga meningkatkan ketajaman analisa dan strategi serta melatih konsentrasi dan kesabaran. 

Bagi Debi Ariesta, Tati Karhati dan atlet disabilitas lainnya,  catur bukan hanya sekedar permainan atau pun olahraga, tapi catur memberikan kebanggaan, semangat dan motivasi bagi mereka yang kekurangan.

Maka harapan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi agar catur harus dimaksimalkan lagi kalau perlu dari desa ke desa tentunya perlu didukung.
 

Oleh Desi Purnamawati
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2018