Bogor (ANTARA News) - Perjuangan atlet Indonesia untuk memperoleh emas Asian Games 2018 di cabang olahraga Paralayang tidaklah mudah, cuaca menjadi tantangan terberat setelah tekanan mental yang dihadapi oleh tim nasional.
   
"Kami dari sisi atlet pada saat pertandingan yang kami rasakan, beban cuaca yang sangat signifikan," kata Hening Paradigma perwakilan tim atlet paralayang putra, saat ditemui di arena Paralayang, Gunung Mas, Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu. 
   
Hening mengatakan, pada hari pertama dan kedua temperatur udara dirasakan meletup-letup. Cuaca memang cerah, tetapi dinamika angin berubah-ubah dan suhu yang siang panas, malam hari dingin.
   
Ia mengatakan terjadi perbedaan kondisi cuaca ketika sedang berada di atas, dan ketika hendak mendarat juga membutuhkan skill yang terampil untuk bisa mendaratkan kaki di titik (PAD) sempurna.
   
"Alhamdulillah dengan segala kesiapan kita, segenap dukungan dan doa-doa, kita bisa mendapatkan prestasi ini. Apalagi kita bermain cuaca, sesuatu yang tidak terlihat kayak itu," kata pria 32 tahun ini. 
     
Menurut pria yang akrab disapa Digma ini, selain usaha yang total, peran doa juga ikut mendukung atlet menghadapi situasi apapun. 
   
"Pesan pak Warno saat di Batu, Malang, kalau kita menghadapi cuaca yang kurang baik, kita harus mendekatkan diri pada Allah. Alhamdulillah tim mendapatkan cuaca yang bagus, disertai mentalitas yang baik menghadapi dinamika ini," katanya.
   
Hening salah satu dari lima atlet putra yang memperkuat cabang olahraga Paralayang di nomor Ketepatan Mendarat (KTM) beregu. Empat atlet lainnya yakni Jafro Megawanto, Joni Efendi, Aris Apriansyah, Roni Pratama.
   
Tim beregu putra Indonesia berhasil menyumbang emas Asian Games 2018 di cabang olahraga Paralayang untuk nomor KTM beregu putra. 
   
Kepala Pelatih Paralayang Indonesia, Gendong Sebandono mengatakan, cuaca yang dihadapi para atlet saat bertanding jauh berbeda dengan cuaca selama melakukan latihan satu tahun delapan bulan.
   
"Kalau selama ini Bogor cuacanya lembut, sekarang panas. Biasanya latihan itu derajatnya 17 sekarang 22," kata Gendon. 
   
Sementara itu, pelatih timnas Teguh Maryanto mengatakan, pada awal pertandingan para atlet sedikit grogi. Hal itu terlihat di ronde pertama dan kedua.
   
"Performa atlet tidak seperti biasanya, tidak seperti aslinya," kata dia.
   
Menurut Teguh, hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa di ajang besar seperti Asian Games. Ditambah, Indonesia menjadi tuan rumah, sehingga atlet mendapat tekanan yang cukup besar.
   
"Tetapi setelah ronde ketiga, kita mulai menguasai keadaan.Teman-teman sudah mulai pemulihan secara mentalitas, mereka tunjukkan mental petarung, kekuatan tunjukan semua," kata Teguh.
     
"Inilah kita tunjukkan kita berusaha untuk bisa menginspirasi siapapun, di semua lapisan masyarakat. Bahwa kita mampu, kita yakini, kita bangsa yang unggul, kita buktikan," kata Teguh.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2018