"Baru kali ini dalam hidup gua kayak gini nih, baru kali ini. Kalah gak apa-apa tapi jangan lebih dari enam poin," katanya selepas pertandingan di Hall Basket Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu.
"Gak enak banget. Saya main maunya selalu untuk menang, tapi situasinya begitu tadi," ujar pelatih yang akrab disapa Coach Ito itu menambahkan.
Indonesia, memang melakoni laga penentuan kelolosan Grup A saat menghadapi Mongolia, lantaran jika kalah kedua negara memiliki poin yang sama termasuk juga Thailand dan pengurutan peringkat akan ditentukan berdasar selisih skor total pertandingan di antara ketiga tim.
Oleh karena itu, Indonesia dihadapkan pada situasi tidak boleh kalah dengan selisih skor lebih dari enam poin. Sebab jika kalah tujuh poin, maka Mongolia akan mengambil alih posisi peringkat kedua klasemen akhir Grup A dan lolos ke perempat final dengan keunggulan selisih skor.
Baca juga: Basket putra Indonesia ke perempat final meski kalah dari Mongolia
Situasi itu, diakui Coach Ito turut membebani penampilan anak-anak asuhnya di laga tersebut yang jika dilihat dari tingkat akurasi tembakan hanya mencapai 28 persen atau melesakkan 20 dari 71 percobaan tembakan.
Bahkan kehadiran para pendukung Indonesia yang memenuhi tribun penonton hingga membludak, disebut Coach Ito turut menambah beban tersebut.
"Mungkin terlalu exciting, bebannya terlalu berat. Saya bisa lihat itu. Target masuk delapan besar sangat-sangat berat. Lawan kita juga benar-benar berat," katanya.
"Di awal kita gak main seperti seharusnya. Kalau tinju itu kita terlalu banyak bertahan, kita dipukul terus, cuma sesekali kita pukul balik," ujarnya menambahkan.
Kendati demikian, Coach Ito bersyukur memasuki paruh kedua pertandingan di kuarte ketiga dan keempat Arki Dikania Wisnu dkk bisa tetap berkonsentrasi demi menjaga jarak kekalahan tidak lebih dari enam poin.
Kekalahan dengan selisih lima poin tersebut membuat Indonesia tetap berada di peringkat kedua klasemen akhir Grup A dan lolos ke perempat final untuk menghadapi jawara Grup D, China, pada Senin (27/8).
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2018