"Kami mendapatkan laporan ada atlet dan ofisial yang ditipu sama supir taksi. Mereka diminta membayar harga 10 kali lipat dari harga sewajarnya. Kami menyayangkan karena mereka tidak mencatat nomor telepon taksi yang digunakan," kata Deputi I Bidang Olahraga INASGOC Harry Warga Negara di Jakarta, Senin.
INASGOC, menurut Harry, tidak dapat melakukan investigasi lebih lanjut terhadap supir-supir taksi yang telah menaikkan tarif hingga 10 kali lipat kepada para peserta Asian Games ke-18 itu karena tidak mempunyai data.
"Kami hanya mampu memberikan imbauan kepada perusahaan-perusahaan taksi untuk menjaga dan menertibkan supir mereka," kata Harry yang memberikan saran para peserta untuk menggunakan moda transportasi dalam jaringan (daring) yang telah bekerjasama dengan INASGOC.
Harry mengaku panitia penyelenggara tidak dapat memaksa secara ketat para peserta Asian Games untuk tidak berada di luar wisma atlet selama pada hari-hari mereka mengikuti pertandingan.
"Atlet itu tidak dapat 100 persen dikendalikan oleh pimpinan kontingen mereka. Kami selalu berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan terkait transportasi bagi kontingen peserta Asian Games," ujar Harry.
INASGOC, lanjut Harry, selalu berkoordinasi dengan para pengemudi bus transportasi kontingen peserta ketika ada perubahan jadwal keberangkatan peserta menyusul aturan pertandingan seperti tes doping yang membutuhkan waktu satu hingga 1,5 jam.
INASGOC juga selalu menerima masukan dan keluhan dari para peserta Asian Games melalui rapat rutin para komandan kontingen yang dilakukan setiap hari di wisma atlet, baik di Kemayoran Jakarta ataupun di Jakabaring Palembang.
"Keluhan mereka seputar makanan karena mereka sudah mulai bosan. Masalah lain adalah transportasi," kata Harry.
Pewarta: Imam Santoso
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2018