Zohri pun mendadak jadi bintang. Beragam bentuk ucapan terima kasih berdatangan kepada dia.
Kejadian itu tentu saja boleh dibandingkan dengan kemunculan Mohammad Sarengat yang menjadi bintang pada Asian Games IV/1962 di Jakarta. Sarengat dan Zohri sama-sama embuat kejutan di lintasan lari cepat.
Sarengat menjadi bintang Kontingen Indonesia di pesta olahraga se-Asia yang untuk pertama kalinya diadakan di Indonesia itu berkat rekor dan dua medali emas dari nomor 100 meter (10,5 detik) dan 110 meter gawang (14,3 detik). Dia juga meraih medali perunggu dari nomor 200 meter.
Ketika itu Sarengat langsung menjadi inspirator bagi masyarakat untuk menekuni atletik. Atletik berubah jadi menjadi olahraga yang digemari masyarakat.
“Sebelumnya olahraga ini hanya digemari beberapa kalangan saja,” ujar Sarengat dalam buku 99 Tokoh Olahraga Indonesia terbitan LKBN Antara 2009.
Nama Sarengat terus menjadi legenda di dunia atletik Indonesia berkat rekornya di nomor 100 meter itu bertahan selama 21 tahun. Rekor itu dipecahkan sprinter Purnomo Muhammad Yudi.
Sebelum tekun menjalani cabang atletik, Sarengat adalah penjaga gawang kesebelasan sekolahnya. Tapi sejak 1959 dia mulai menyukai atletik dan berlatih serius di Surabaya.
Baca juga: Menpora harapkan atlet teladani semangat Sarengat
Tapi Sarengat tidak langsung menekuni lari jarak jauh ketika itu karena dia merupakan atlet serba bisa, sehingga dia juga menekuni nomor lempar dan lompat.
Menjelang persiapan Asian Games 1962, pelatih asal Amerika Serikat Tom Rosandich menyarankan Sarengat untuk menekuni lari jarak pendek.
Saran yang diiikuti itu membuat Sarengat berlari di jalur yang tepat untuk mencapai puncak prestasi.
Semoga ada banyak Sarengat dan Zohri pada Asian Games 2018 yang dituanrumahi Indonesia ini.
Baca juga: Zohri memotivasi Adi untuk rebut emas ASG 2018
Baca juga: Pelatih Zohri ungkap keistimewaan sang juara dunia
Pewarta: Sapto Heru Purnomojoyo
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2018